Saudaraku yang semoga
senantiasa dijaga oleh Alloh ta’ala. Marilah kita bersyukur kepada Alloh ta’ala
yang tidak henti-hentinya mencurahkan nikmat kepada kita. Nikmat badan sehat,
panjang umur, kesempatan beribadah, kecukupan rezeki, dan yang paling utama,
nikmat iman. Saat ini kita memasuki
bulan Rojab yang merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Alloh ta’ala.
إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ
كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا
عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ
وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى
وَشَعْبَانَ
–
(رواه البخارى و مسلم )
“Sesungguhnya zaman
beredar sebagaimana yang telah ditentukan sejak Alloh ta’ala menciptakan langit
dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan dan diantaranya ada empat bulan haram
(mulia), yang tiga berurutan. (keempat bulan tersebut adalah) Dzul Qo’dah, Dzul
Hijjah, Muharrom, dan Rojab Mudhor yang berada diantara Jumada dan Sya’ban.”
(HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim)
Pada kesempatan kali kami
ingin menyampaikan hikmah dari pengajian yang disampaikan oleh Abina KH. M.
Ihya` Ulumiddin pada acara Haflah PP. Ar-Roudhoh dan TPQ al-Irsyad Tulungagung.
Acara tersebut bertepatan dengan Harlah Nahdhotul Ulama ke-89 dan Dzikro Rojab
1433 H.
Seorang ‘Alim yang bernama
Abu Bakar al-Warroq al-Balakhy, sebagaimana dinukil oleh Ibnu Rajab dalam Lathoiful
Ma’arif, mengatakan:
شهر رجب شهر الزرع، وشهر الشعبان
شهر السقى للزرع، وشهر رمضان شهر حصاد الزرع.
“Rojab adalah bulan untuk menanam. Sya’ban
adalah bulan untuk menyirami (tanaman). Dan Romadlon adalah bulan untuk memanen
(tanaman).”
Yang dimaksud ‘tanaman’
dalam perkataan tersebut adalah ‘tanaman kebaikan’. Sedangkan hasil panennya
adalah ‘pengampunan dari Alloh ta’ala’.
Kita dianjurkan untuk
memperbanyak dan memperbaiki berbagai amal kebaikan di bulan Rojab sebagai
upaya dalam ‘menanam kebaikan’. Karena kebanyakan orang yang melalaikan bulan
Rojab juga melalaikan bulan Sya’ban dan Romadlon. Harapannya semoga ‘tanaman’
amal-amal kebaikan itu akan semakin tumbuh subur di bulan Sya’ban nanti. Dan
pada akhirnya, insyaalloh, kita akan ‘memanen’ pengampunan dari Alloh
ta’ala di bulan Romadlon. Adakah panen yang lebih menggembirakan dibanding dengan
‘panen pengampunan’ dari Alloh ta’ala?
Bukankah kita memiliki
banyak salah dan dosa? Jika kita mendapatkan pengampunan dari Alloh ta’ala,
tentu hal itu merupakan anugerah yang sangat besar. Kita bisa berharap
meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah, nyaman di alam kubur,
mendapatkan perlindungan dari Alloh ta’ala di hari kiamat, memperoleh kemudahan
di hari perhitungan amal, dan selamat dari siksa neraka jahannam. Hingga bisa
tinggal selamanya di surga Alloh yang penuh dengan kenikmatan. Semoga.
Selain itu, saat memasuki
bulan Rojab, kita dianjurkan minta keberkahan kepada Alloh ta’ala dengan doa:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى
رَجَبَ وَشَعْبَان َوَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
(Allohumma baarik lanaa fi rojaba wa
sya’bana wa ballighnaa Romadlon…)
“Ya Alloh, berkahilah kami
di bulan Rojab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Romadlon”.
Sudah tentu, meminta berkah
itu ada caranya. Ada yang semestinya dikerjakan dan diamalkan agar doanya
benar-benar menjadi doa sungguhan. Ada orang minta kepandaian kepada Alloh
ta’ala, sudah tentu dia harus rajin dan serius belajar. Ada orang yang minta
kekayaan kepada Alloh ta’ala, sudah tentu dia harus kerja keras dan cerdas.
Kalau kita mau minta keberkahan kepada Alloh ta’ala di bulan Rojab ini, kita
harus meningkatkan kuantitas dan kualitas amal kebaikan.
Saudaraku yang semoga
disayang oleh Alloh ta’ala. Diantara banyak kebaikan yang bisa kita tanam di bulan
Rojab ini, ada tiga ‘tanaman kebaikan’ yang selayaknya kita berikan
perhatian lebih, yaitu puasa sunnah, memperbanyak istighfar, dan memperbaiki
kualitas sholat.
Pertama, Puasa Sunnah
Puasa adalah ibadah yang
disunnahkan secara mutlak kecuali pada bulan Romadlon (karena puasa Romadlon
hukumnya adalah fardlu ‘ain) dan pada hari-hari yang di dalamnya
diharamkan berpuasa (Idul Fitri, Idul Adha, dan hari-hari Tasyrik). Sedangkan
dalil puasa di bulan Rojab diantaranya adalah sebagai berikut:
Hadits
riwayat Usamah Bin Zaid
“Aku berkata kepada
Rosululloh : Yaa Rosululloh aku tidak pernah melihatmu berpuasa
sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rosulullah shollallohu alaihi wa
sallam menjawab: Bulan Sya’ban adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan
Rojab dan Romadlon, dan bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada
Allah ta’ala dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”. (HR.
Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201)
Imam Syaukani menjelaskan. Dari
hadits tersebut dapat dipahami bahwa puasa Rojab adalah sunnah sebab dengan
jelas Nabi shollallohu alaihi wa sallam mengingatkan bahwa mereka lalai
dari mengagungkan Sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan Romadlon
dan Rojab dengan berpuasa. (Naylul Author juz 4 hal 291)
Puasa adalah pintu ‘ibadah
Itulah kata hikmah yang
disampaikan oleh al-Habib Abuya Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki untuk
menggambarkan keistimewaan ibadah puasa. Tidak ada ibadah yang lebih ikhlash,
lebih aman dari riya` dan sum’ah, dibandingkan puasa. Lebih dari
itu, puasa adalah ibadah yang sangat privasi antara seorang hamba dan Alloh
ta’ala. Yang dapat menjamin seseorang benar-benar bersabar dalam menahan diri
dari makan, minum, jima’ dan segala hal yang membatalkan puasa mulai dari
terbit fajar sampai terbenam matahari, tidak lain dan tidak bukan, adalah iman
dan rasa takutnya kepada Alloh ta’ala.
Alloh
ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang maksudnya adalah “Setiap
kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat, hingga 700 kali lipat, kecuali
puasa karena puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang memberi pahala atasnya”.
(HR. Muslim, Ahmad, dan an-Nasa`)
Tersebut
dalam hadits qudsi yang lain, “Dia (orang yang berpuasa) meninggalkan
syahwat dan makannya demi diri-Ku. Puasa adalah untuk-Ku maka Aku lah yang
memberi ganjaran kepadanya”. (HR. Bukhari, Ahmad, Imam Malik, Muslim)
Hadits-hadits tersebut
mengisyaratkan bahwa pahala ibadah puasa bersifat istimewa dan tak terbatas
hitungan. Mari kita bepuasa sunnah di bulan Rojab ini, dengan niat ikhlash,
semata-mata mengharap ridlo Alloh ta’ala.
Kedua, Memperbanyak
Istighfar
Istighfar adalah permohonan
ampun atas berbagai dosa. Jika istighfar itu disertai dengan penyesalan atas
tiap-tiap dosa yang dilakukan, kemudian dengan merendahkan diri meminta ampun
atas tiap-tiap dosa tersebut, dan berazam tidak akan mengulanginya lagi, maka
hal itu disebut taubat. Istighfar dan taubat ini merupakan sebuah ibadah yang keutamaannya
sangat besar.
Firman Alloh ta’ala (yang
maksudnya);
“Maka aku (Nuh) berkata
kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun.
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula
di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
“Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya, niscaya
Dia kan memberimu kenikmatan yang baik (terus-menerus).”
(QS. Hud: 3)
Sabda Nabi Muhammad shollallahu
alahi wa sallam (yang maksudnya);
“Barangsiapa
istiqomah beristighfar, Allah akan menjadikan kesenangan dari setiap kesusahan, jalan keluar dari setiap
kesempitan, dan memberinya rezeki dengan cara yang tidak ia duga.” (HR. Abu Dawud).
Bacaan
istighfar yang minimal adalah
أَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْم
“Aku minta ampun
kepada Alloh yang Maha Agung.”
Sedangkan
bacaan istighfar yang lebih utama adalah sayyidul istighfar, rajanya
istighfar, istighfarnya Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.
اَللَّهُمَّ
اَنْتَ رَبِّي لاَ اِلَهَ إِلاَّ اَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ
وَاَنَاعَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَا
صَنَعْتُ أَبُؤُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُؤُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِي
فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
“ya Alloh. Engkau
Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau menciptakan aku dan aku adalah
hambaMu. Aku berada dalam ikrar dan janji-Mu semampuku. Aku berlindung
kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang Engkau berikan) kepadaku. Aku
mengakui dosaku. Ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni
dosa-dosa kecuali Engkau”
Mari
kita memperbanyak istighfar di bulan Rojab ini. Semoga Alloh ta’ala mengampuni
dosa-dosa kita dan menerima taubat kita.
Ketiga, Memperbaiki Kualitas
Sholat
Sholat adalah tiang agama. Sholat
adalah pembeda antara orang muslim dan
orang kafir. Sholat merupakan kewajiban pertama yang diperintahkan kepada para
Rosul. Sholat merupakan washiat terakhir para Rosul. Sholat dapat menghapus
dosa. Sholat dapat menyebabkan pelakunya diangkat derajatnya di sisi Alloh.
Sholat merupakan indikator rasa syukur kita kepada Alloh ta’ala. Sholat
merupakan media komunikasi antara manusia dengan sang Pencipta, dengan tata
cara yang telah digariskan oleh-Nya dan dicontohkan oleh Rosul-Nya. Sholat
adalah amal terbaik bagi orang yang beriman. Sholat adalah amal yang pertama
kali akan dihisab kelak di akhirat. Jika baik sholatnya, seluruh amal diterima,
jadilah ia manusia yang beruntung dan berbahagia. Sebaliknya, jika rusak
sholatnya, seluruh amal ditolak, jadilah ia manusia yang paling sengsara.
Itulah sedikit gambaran tentang kemuliaan dan keutamaan sholat fardlu.
Memandang betapa pentingnya sholat fardlu bagi seorang muslim, Alloh ta’ala
menyampaikan ancaman yang sangat keras bagi orang-orang yang melalaikan sholat.
فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ
))
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ( )
“Maka
wail bagi orang-orang yang sholat. Yaitu mereka yang lalai dari sholat
mereka.” (QS. Al-Ma’un: 4-5)
Ahli tafsir al-Qur`an, Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa wail
berarti kehancuran dan kebinasaan. Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari Ziyad
ibn Fayyadh bahwa Abu Fayyadh menyampaikan, ”Wail adalah nanah di
dasar neraka jahannam”.
Atha’ bin Yasar berkata, ”Wail adalah lembah di dalam neraka
jahannam. Jika gunung-gunung dilewatkan di dalamnya, maka gunung-gunung itu
meleleh”. Sedangkan Ibnu Abbas rodliyallohu ’anhu berpendapat bahwa ”Wail
adalah siksa berupa api yang menyala-nyala”.
Sedangkan yang dimaksud ’orang yang lalai dari sholatnya’,
berdasarkan keterangan dalam kitab Tafsir al-Qur`an al-’adhim li Ibni Katsir,
adalah
-
Orang-orang yang lalai dari melaksanakan sholat fardlu
lima waktu secara sempurna. Mereka melaksanakan sebagian, dan meninggalkan
sebagian.
-
Orang-orang yang suka mengakhirkan atau menunda-menunda
sholat.
-
Orang-orang yang tidak menyempurnakan syarat dan rukun
sholat.
-
Orang-orang yang melaksanakan sholat tanpa kekhusyu’an.
Mereka sholat tapi hatinya tidak sholat, hatinya lalai kepada Alloh ta’ala.
Bagaimana sholat kita? Sudahkah kita melaksanakan sholat fardlu lima waktu
secara istiqomah? Sudahkah kita mengerjakan sholat dengan menyempurnakan syarat
dan rukunnya? Apakah bacaan dan gerakan sholat kita sudah sesuai dengan apa
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam? Sudahkah kita senantiasa mengerjakan sholat
fardlu di awal waktu? Sudahkah kita mendirikan sholat fardlu dengan hati yang
hadir, hati yang khusyu’, hati yang ingat Alloh ta’ala?
Mari kita terus menerus belajar dan berusaha memperbaiki sholat kita,
meningkatkan kualitas sholat kita. Ingat!! Sampai detik ini Alloh ta’ala masih
memberi kita kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri. Ayo kita gunakan
dengan sebaik-baiknya. Sebelum ajal menjemput kita.
Setidaknya ada empat hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas
sholat:
1. Aqimu ash-asholat (tegakkan sholat). Artinya perbaiki bacaan dan gerakan
sholat. Bacaannya yang benar dan jelas. Ingat! Sholat itu, walau hanya 5 menit,
adalah proses mi’roj seorang mukmin, sowannya seorang
mukmin kepada Alloh ta’ala. Jaga adabmu. Jaga sopanmu. Saat sholat,
Engkau sedang berhadapan dengan Alloh ta’ala.
2. Haafidhu... (jagalah sholat). Artinya jagalah sholat Anda. Jangan
sampai terlewat. Kerjakan sholat di awal waktu. Jangan menunda sholat.
3. Khoosyi’un... (sholat dengan khusyu’). Artinya menghadirkan hati
ketika sholat. Saat melaksanakan sholat, hendaknya kita merasa sedang sowan
kepada Alloh ta’ala. Kita hayati makna setiap gerakan dan bacaan sholat. ”Sungguh
beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu mereka yang khusyu’ di dalam sholat
mereka”. (QS. Al-Mu’minun: 1-2)
4. Daaimun... (rutin, istiqomah). Artinya kita musti terus-menerus,
istiqomah, mengerjakan sholat. Jangan sampai bolong.
Terlebih dari itu semua, mari kita membiasakan sholat dengan berjama’ah
karena hal itu lebih memungkinkan agar sholat kita diterima. Jika ada salah
satu anggota jama’ah yang sholatnya bisa khusyu’ dan diterima oleh Alloh
ta’ala, maka anggota jama’ah sholat yang lain tentu sholatnya juga diterima
oleh Alloh ta’ala. Lagi pula, bukankah sholat berjama’ah lebih utama dari pada
sholat sendirian dengan selisih 27 derajat?
Saudaraku yang semoga senantiasa dijaga oleh Alloh ta’ala. Mari kita
gunakan bulan Rojab ini untuk menanam berbagai macam kebaikan, apapun kebaikan
itu, baik yang berhubungan langsung dengan Alloh ta’ala, maupun yang
berhubungan dengan sesama makhluq. Khususnya, mari kita menanam amal sholih
berupa puasa sunnah, memperbanyak istighfar, dan memperbaiki sholat.
Mari kita jaga dan sirami tanaman-tanaman kebaikan itu hingga kita bisa panen ”pengampunan”
kelak di bulan Romadlon, insyaalloh.
Wallohu a’lam bi ash-showab. Semoga
Alloh ta’ala senantiasa memberikan pertolongan-Nya kepada kita semua. Amien.
[tije/alumni PBSB Kemenag RI]
artikel agan sangat mudah dipahami makasih atas apreasi dalam menulis postingan yang baik dan benar semoga jadi amal ibadah buat agan :D
BalasHapusyo dari Tutorial Blogger | SEO