Kamis, 09 Mei 2013

Kebahagiaan Seorang Guru

"Teaching is giving" (anonymous)


Menjadi seorang guru merupakan profesi yang sangat mulia. Mengapa? Karena melalui profesi ini seseorang memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan beberapa kemuliaan, diantaranya adalah;
Beramal dengan amal kebaikan yang pahalanya berlipat dan mengalir terus menerus
Contoh; seorang guru yang mengajari muridnya membaca surat al-Fatihah dengan baik dan benar. Ketika si murid mengamalkan ilmunya; membaca surat al-Fatihah, tidak hanya si murid yang mendapatkan pahala, tetapi juga sang guru yang telah mengajarinya. Bukankah Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam pernah bersabda (yang maksudnya): “barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (riwayat Imam at_Tirmidzi).
Kemudian ketika si murid menjadi pandai, dewasa, orang tua, atau menjadi guru, si murid tersebut mengajarkan ilmu membaca surat al-fatihah tersebut kepada teman, murid, dan juga anak-anaknya, maka sang guru yang pertamakali mengajarkan surat al-fatihah pun ikut mendapatkan pahala dari bacaan surat al-fatihah tersebut. Dan hal ini terus berlangsung sampai ilmu membaca surat al-fatihah itu tidak diamalkan lagi. Kapan itu? Sangat mungkin hal tersebut terjadi ketika zaman sudah benar-benar hendak berakhir; menjelang kiamat. Inilah yang disebut ilmu yang bermanfaat yang pahalanya mengalir terus-menerus. Sabda kanjeng Nabi shollallohu alaihi wa sallam(yang maksudnya): “Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendo’akannya”. (riwayat Imam Abu Dawud).
Mendapatkan pujian dari Alloh ta’ala dan Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam
Para guru adalah golongan manusia yang termasuk ahli ilmu karena aktifitasnya memang senantiasa berhubungan dengan ilmu. Alloh ta’ala memuji para ahli ilmu dengan mengangkat derajat mereka beberapa derajat. Tentu, yang dimaksud di sini adalah ahli ilmu yang beriman kepada Alloh ta’ala dan Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam. “Alloh ta’ala mengangkat (derajat) orang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (terjemahan QS. Al Mujadalah: 11). Selain itu, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menyatakan bahwa aktifitas keilmuan, belajar-mengajar, itu sama dengan jihad di jalan Alloh ta’ala. Abu Hatim bin Hibban meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah r.a., yang  pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa masuk ke masjid ku ini untuk belajar kebaikan atau untuk mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Alloh.”
Mendapatkan nikmat ilmu
Ada dikatakan, “belajar dengan mengajar itu lebih efektif daripada belajar tanpa mengajar”. Jika kita mempelajari sesuatu kemudian kita amalkan dan kita ajarkan ilmu itu kepada orang lain, insyaalloh, kita akan lebih memahami apa yang kita pelajari tersebut. Hal itu berbeda jika kita hanya belajar saja, membaca saja, atau mendengar saja, kemudian tidak kita ikuti dengan aktifitas mengajar. Coba deh kalau tidak percaya. Hehehe. Karena aktifitas guru adalah mengajar, maka tentu seorang guru mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mendalami ilmu. Dan kita tahu bahwa kenikmatan mendapatkan ilmu itu melebihi kenikmatan mendapatkan harta. Kenapa? Menurut Ibnu Qoyyim rohimahulloh, kenikmatan harta itu hanyalah kenikmatan fisik (nikmat makan, pakaian, perhiasan, rumah, dll), sementara kenikmatan ilmu adalah nikmat ruhani. Tentu, nikmat ruhani ini nilainya jauh lebih tinggi daripada kenikmatan fisik.
Menjadi perantara suksesnya seseorang
Salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang guru adalah ketika dia, dengan seizin Alloh ta’ala, berhasil menjadi washilah perubahan anak didiknya dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Seorang guru tentu sangat berbagia jika melihat anak didiknya yang semula malas belajar menjadi rajin belajar, semula tidak bisa sholat menjadi bisa dan rajin sholat, semula tidak bisa membaca al-Quran menjadi bisa dan rajin membaca al-Quran, semula berakhlaq buruk menjadi berakhlaq baik. Seorang guru juga akan sangat bahagia jika melihat anak didiknya menjadi pengusaha yang kaya-raya dan dermawan, menjadi pemimpin yang jujur, adil dan peduli kepada rakyat, atau menjadi tokoh masyarakat yang banyak berbuat kebaikan untuk orang lain.
Empat potensi kemuliaan di atas sangat cukup untuk membuat guru berbahagia menjalani profesinya. Tentu masih ada kemuliaan-kemuliaan yang lain, dan itu bisa menambah kebahagiaan bagi seorang guru. Misalnya reputasi yang baik di masyarakat, berkah hidup, doa dari para murid, rejeki yang dijamin oleh Alloh ta’ala, serta nama baik yang senantiasa dikenang banyak orang. Sungguh, menjadi seorang guru itu merupakan anugerah yang sangat besar dari Alloh ta’ala. 
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rohman: 13)
[tije/LP2A PBSB]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar