Saudaraku yang semoga senantiasa dijaga oleh Alloh ta’ala. Kita
semua tahu bahwa jujur itu sifat yang sangat mulia. Jujur adalah sifat mulia
yang disematkan kepada para nabi dan rosul. Para manusia termulia di jagat raya
ini. Sifat jujur sangat terkait dengan keimanan seseorang. Bahkan Rosululloh
pernah menyatakan bahwa seseorang yang di dalam hatinya tertanam iman yang
kuat, tidak mungkin berbuat bohong atau dusta. Suatu ketika sahabat bertanya
kepada Nabi, "Ya Rasulullah, apakah orang beriman
ada yang penakut? Beliau menjawab,'Ya.' Maka ada yang bertanya kepada beliau,
'Apakah orang beriman ada yang bakhil (pelit, kikir).' Beliau menjawab, 'Ya.'
Ada lagi yang bertanya, 'Apakah ada orang beriman yang pendusta?' Beliau
menjawab, 'Tidak.' (HR. Imam
Malik)
Lebih
jauh lagi, Alloh ta’ala mengecap pembohong sebagai orang yang tidak beriman
kepada ayat-ayat Alloh. “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada ayat-ayat Alloh, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS.
An-Nahl :105)
Begitulah, sifat dan perilaku
jujur sangat erat kaitannya dengan iman seseorang kepada Alloh ta’ala. Seseorang
yang beriman tentu saja merasa bahwa dia senantiasa diawasi oleh Alloh. Dia
takut berbohong karena sudah tentu Alloh yang Maha Tahu mengetahui
kebohongannya.
Saudaraku yang berbahagia dengan rohmat Alloh ta’ala. Nabi
kita tercinta, Muhammad ibnu ‘Abdillah adalah seseorang yang terkenal dengan
kejujurannya. Sejak kecil beliau senantiasa berkata dan berbuat jujur. Saking jujurnya, beliau mendapatkan
gelar al-amin (yang terpercaya) dari
penduduk Makah pada waktu itu. Beliau adalah satu-satunya manusia yang mendapat
gelar kehormatan seperti itu. Salah satu contoh peristiwa yang menunjukkan
bahwa orang-orang Makah mengakui kejujuran Nabi Muhammad adalah ketika beliau
mengumpulkan orang-orang Makah di bukit Shofa kemudian beliau berkata, “Apa
pendapat kalian jika kukabarkan bahwa di lembah ini ada sepasukan kuda yang
mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku?” Orang-orang Makah serempak
menjawab, “kami tidak pernah mempunyai pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran”. Keterangan ini diriwayatkan oleh
Imam Bukhori.
Kita semua tahu bahwa Nabi Muhammad, dengan kejujurannya,
adalah manusia terbaik dan paling mulia sepanjang sejarah. Bahkan, seorang
penulis Yahudi yang bernama Michael H. Hart dalam bukunya yang terkenal, The
100, a Ranking of the Most Influential Persons in History, mengakui bahwa Nabi
Muhammad adalah orang yang paling berpengaruh di sepanjang sejarah peradaban
manusia. Benar. Nabi kita, Nabi umat Islam adalah manusia yang terkenal dengan
sifat jujurnya. Bagaimana dengan pengikutnya? Bagaimana dengan kita?
Pada kesempatan kali ini kami mengajak Anda sekalian untuk
menelaah manfaat sifat jujur baik di dunia maupun di akhirat. Semoga dengan
memahami manfaat-manfaat ini kita semakin termotivasi untuk senantiasa berlaku
jujur. Disamping itu kami juga mengajak Anda sekalian untuk menelusuri kerugian
sifat bohong baik di dunia maupun di akhirat. Semoga dengan memahami
kerugian-kerugian ini kita semakin meneguhkan diri untuk menghindari dan
menjauhi perbuatan bohong.
Manfaat sifat jujur di dunia
Ada beberapa manfaat dari sifat jujur
bagi seseorang selama hidupnya di dunia. Diantaranya adalah hati yang tenteram,
dipercaya orang lain, usaha semakin barokah, dan dicintai oleh Alloh ta’ala dan
Rosululloh.
Orang yang senantiasa berkata dan
berlaku jujur menjalani hidup dengan tenang. Perkataannya mudah dipahami,
jelas, dan tidak berbelit-belit. Pendapatnya kuat. Pendiriannya teguh. Ia tidak
merasa kawatir karena memang ia senantiasa berkata apa yang sebenarnya sesuai
dengan kenyataan. Jadilah dia hidup dalam ketenangan. Orang yang seperti ini,
tentu hidup di dunia dengan penuh kebahagiaan. Hidup dengan hati yang tenteram.
Selanjutnya, orang yang jujur
senantiasa mengungkapkan kebenaran. Dia teguh menyampaikan apa yang sebenarnya,
walaupun kadangkala terasa kurang enak. Dalam kesehariannya ia tidak pernah
berbohong. Pantas saja orang-orang di sekitarnya menaruh kepercayaan kepadanya.
Hal ini berdampak positif bagi hidupnya sehari-hari. Jika dia sedang kesusahan
dan memerlukan hutang, orang-orang akan dengan ringan tangan membantunya dengan
memberi hutangan. Mereka sudah percaya kepadanya. Jika dia jualan, orang-orang
dengan senang hati membeli barang dagangannya. Orang-orang itu tidak kawatir
bahwa dia akan menipu mereka. Jika dia membutuhkan rekan bisnis, orang-orang
akan bahagia bekerjasama dengannya. Mereka sudah yakin bahwa orang itu tidak
mungkin berkhianat. Tentu, sangat membahagiakan sekali, hidup sebagai orang
yang dipercaya.
Selain itu, sifat jujur juga
bermanfaat bagi para wirausahawan, pebisnis, maupun karyawan. Usaha yang
dilakukan akan bertambah-tambah berkahnya. Usaha yang barokah kan senantiasa
mengantarkan pemiliknya untuk lebih dekat kepada Alloh ta’ala. Rosululloh shollallohu
alaihi wa sallam bersabda (yang maksudnya), ''Dua orang yang berjual beli
mempunyai pilihan (untuk melanjutkan transaksi ataupun membatalkannya) selama
mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan barangnya maka akan
diberkahi jual beli mereka, dan jika mereka merahasiakan dan berdusta maka
dihilangkan keberkahan jual beli mereka.'' (HR Bukhari)
Tidak hanya itu, perilaku jujur
menyebabkan pelakunya dicintai oleh Alloh ta’ala dan Rosululloh. Jika kita
sudah mendapatkan cinta dari Alloh ta’ala dan Rosululloh, insyaalloh, kita
mampu menjalani hidup di dunia ini dengan penuh kebahagiaan. Insyaalloh, Alloh
ta’ala akan memudahkan segala urusan kita.
Rosululloh shollallohu alaihi wa
sallam bersabda, “Jika
engkau ingin dicintai oleh Alloh ta’ala dan Rosul-Nya, maka tunaikanlah jika
engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap
orang di sekililingmu” (HR. ath-Thobroniy)
Kerugian sifat bohong
di dunia
Walaupun sekilas kelihatannya
bermanfaat, sesungguhnya perilaku bohong banyak merugikan pelakunya selama
hidup di dunia. Diantara kerugian yang diakibatkan dari perilaku bohong adalah
hidup tidak tenang (senantiasa waswas), tidak dipercaya orang lain, dibenci
orang lain, dan
Orang yang berbohong hidup dalam
ketidaktenangan. Dia senantiasa kawatir kebohongannya diketahui oleh orang
lain. Hatinya dipenuhi dengan waswas. Omongannya sering mencla-mencle. Tentu saja, karena dia mengatakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan yang sebenarnya. Ketika berbicara dan berbohong, sebenarnya hati
nuraninya menolak, ingin berontak. Orang seperti ini hidupnya tidak tenang. Hidupnya
dipenuhi dengan keraguan. Benarlah sabda Nabi kita tercinta (yang maksudnya);
"Maka
sesungguhnya jujur adalah ketenangan dan bohong adalah keraguan." (HR.
Imam Turmudzi)
Jika sudah sering berbohong, orang
lain akan mengecap dia sebagai pembohong. Orang lain akan sulit percaya kepada
apa yang dia katakan. Ketika dia sedang kesusahan, orang lain enggan
membantunya. Ketika dia perlu hutang, orang lain enggan memberinya hutang.
Takut tidak dibayar. Ketika sang pembohong berjualan barang, orang lain enggan
membelinya. Takut dibohongi. Jangan-jangan barangnya sudah diutak-atik, spart-partnya yang asli deganti dengan
yang palsu. Bisa Anda bayangkan, sungguh tidak enak sekali, hidup sebagai orang
yang tidak dipercaya.
Tidak hanya itu, biasanya, masyarakat
membeci pembohong. Lihat saja, ketika ada seorang calon pemimpin ketahuan
berbohong, pasti masyarakat ramai-ramai mencacinya. Begitu juga dalam kehidupan
sehari-hari, seseorang yang dikenal sebagai pembohong, biasanya dibenci oleh
masyarakat. Tentu saja, omongannya tidak bisa dipegang. Ketika dipercaya justru
dia berkhianat. Ketika berjanji justru dia mengingkari. Manusia mana yang mau
bersahabat dengan orang seperti ini? Saya yakin, seorang pembohong pun, akan
marah jika dibohongi.
Manfaat sifat jujur di akhirat
Selain banyak bermanfaat di dunia,
sifat jujur juga bermanfaat besar bagi pelakunya di akhirat kelak. Malah,
sebenarnya manfaat di akhirat ini nilainya jauh lebih besar daripada manfaat di
dunia. Kenapa? Karena kehidupan di akhirat adalah kekal, sementara kehidupan di
dunia hanyalah sementara.
Pada
hari kiamat kelak, dikatakan kepada manusia:
هَذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّادِقِينَ
صِدْقُهُمْ
Ini adalah suatu hari di mana kejujuran
orang-orang yang jujur bermanfaat bagi mereka. …". (QS. Al-Maidah :119)
Sifat jujur
menjadikan pelakunya senantiasa dekat dengan kebaikan, cenderung melakukan
amal-amal baik. Otomatis amal kebaikannya senantiasa bertambah dan bertambah. Jika
kejujuran ini senantiasa dia jaga hingga akhir hayatnya, kemungkinan besar dia
meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah. Tentu, dengan izin dan
ridlo dari Alloh ta’ala. Apa yang terjadi kepada orang yang semasa hidupnya di
dunia banyak mengerjakan amal-amal kebaikan? Di akhirat nanti, dia dijanjikan
oleh Alloh ta’ala, untuk dimasukkan ke surga-Nya yang penuh dengan nikmat.
Dari ibnu Mas’ud rodliyallohu
anhu, Rosululloh shollallohu
alaihi wa sallam bersabda: “Berlakulah jujur, karena sesungguhnya
kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan ke surga.
Seseorang senantiasa bersikap jujur dan senantiasa berusaha berlaku jujur
hingga ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur.” (HR.
Bukhori-Muslim)
Rosululloh shollallohu
alaihi wa sallam pun menjamin bahwa orang yang senantiasa jujur akan
dimasukkan oleh Alloh ta’ala ke dalam surga-Nya kelak…
“Berikanlah kepadaku
enam perkara. Niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau
bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat,
jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu” (HR. Imam
Ahmad)
Kerugian sifat bohong
di akhirat
Di sisi lain, sifat dan perilaku bohong menyebabkan pelakunya
menanggung kerugian yang sangat besar di akhirat kelak. Orang yang suka
berbohong otomatis akan terperangkap ke dalam lingkaran kebohongan. Dia akan
melakukan kebohongan dan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan yang
dia lakukan pertama kali. Tidak hanya demikian, kebohongan yang dilakukannya
akan menyebabkan dia cenderung berbuat kejelekan dan kejahatan. Apa yang
terjadi kepada orang yang selama hiduponya di dunia banyak berbuat kejelekan
dan kejahatan? Ia dimurkai oleh Alloh ta’ala. Di akhirat nanti dia akan
mendapatkan siksa yang sangat pedih. Terjerembab ke dalam neraka yang penuh
dengan siksaan.
Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam mengingatkan: “Janganlah berlaku
dusta, karena sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kejahatan, dan kejahatan
itu mengantarkan ke neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan senantiasa
berusaha berdusta hingga ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
(Muttafaqun ‘alaih).
Demikianlah saudaraku yang semoga senantiasa dijaga oleh
Alloh ta’ala. Sifat dan perilaku jujur itu sangat bermanfaat bagi pelakunya
baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, sifat dan perilaku bohong itu
sangat merugikan bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena
itu, mari kita jujur, berbicara jujur, berlaku jujur, dan berusaha semaksimal
mungkin untuk menjaga kejujuran dalam diri kita. Sungguh, jujur sama dengan
mujur. Kejujuran membawa pelakunya kepada kemujuran.
Mujur di dunia. Mujur di akhirat.
[tj/LP2A PBSB]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar