Selasa, 26 Februari 2013

Jagongan Ahli Bid'ah: Tahlilan (2)


Sesuai dengan kesepakatan sehari sebelumnya, Selamet (S) dan Ikhwan (I) kembali bertemu di warung Mbok Darmi pagi itu. Sambil menyeruput kopi panas, mereka melanjutkan jagongan kemaren yang belum selesai…
                       
I           : Met. Aku masih tidak percaya kalau hadiah pahala orang yang masih hidup itu bisa sampai kepada orang yang sudah mati.
S          : ya tidak apa-apa Mas Ikhwan.
I           : coba kamu tunjukkan padaku dalil hadits, atau pendapat ulama yang menyatakan bahwa pahala orang yang masih hidup itu bisa sampai kepada orang yang telah mati.
S          : kemaren kan sudah saya sampaikan mas. Dalil itu kan gak harus tekstual. Dasar hukum dalam agama kan bukan cuma al-Quran dan Hadits, tapi juga ijma’ dan qiyas.
Saya tanya mas. Ada gak dalil al-Quran atau hadits nabi yang memerintahkan atau membolehkan pemberian harokat dan titik pada penulisan al-Quran? Quran pada jaman Nabi kan gak ada titik dan harokatnya? Begitu juga dengan penulisan al-Quran plus terjemahannya, ada gak dalil al-Quran atau Haditsnya?
I           : aku gak tahu itu.
S          : lha… itu…
I           : sudahlah. Jangan melebarkan permasalahan. Mana dalilnya?
S          : dalil apa mas? Hehehe
I           : dalil bahwa orang yang hidup bisa meberi manfaat kepada orang yang telah mati!
S          : ooalah…
Ketika Ibunya meninggal dunia, sahabat Sa’ad sedang tidak ada di sisi ibunya. Kemudian beliau datang kepada Rosululloh dan bertanya;
Wahai Rosululloh, ibuku telah meninggal dunia di waktu saya tidak di situ. Apakah kiranya akan berguna baiginya bila saya bershodaqoh?.
Nabi menjawab; Iya. Lalu Sa’ad berkata; saya bersaksi kepadamu bahwa kebun kurma saya, al-Mikhrof, sebagai sedekah untuknya.
Hadits ini diriwayatkan oleh imam Bukhori. Saya yakin mas Ikhwan tahu hadits ini, mase kan jagoan ngaji hadits…
I           : itukan shodaqoh harta benda. Kalau shodaqoh seperti itu memang iya, bisa bermanfaat bagi orang yang telah meninggal dunia.
S          : lha iya.. itu kan bisa diqiyashkan.. intinya adalah, orang yang hidup bisa memberi manfaat bagi orang yang sudah mati. Pahala dari amal orang yang hidup bisa bermanfaat bagi orang yang mati.
I           : halahhh.. itu akal-akalan kamu aja.
S          : sama. Itu juga akal-akalan mas Ikhwan aja. Hehehe
I           : bukankah kata Imam Syafi’I, bacaan al-Quran orang yang hidup itu tidak bisa sampai kepada orang yang sudah mati? Lha kamu kan bermadzhab Syafi’i?
S          : benar. Saya bermadzhab Syafi’i. Saya sendiri sangat menghormati Imam Syafi’i. Dalam banyak hal, saya menganut madzhab beliau dengan mempelajari pendapat-pendapat beliau beserta argumentasinya. Tentu, sebatas kemampuan saya yang memang sangat terbatas. Beliau pernah berujar. “Para ulama sepakat bila telah jelas baginya sunnah Rosululloh, maka tidak diperkenankan untuk meninggalkannya, dikarenakan pendapat seseorang”.
I           : Jadi dalam hal ini kamu gak sependapat dengan Imam Syafi’i?
S          : sebentar mas. Saya sama sekali tidak sebanding dengan Imam Syafi’i. Begini mas. Saya pernah baca kitab Ghoyatul Maqsud, karya Syeikh Abdulloh bin Muhammad bin Humaid rohimahulloh. Dalam kitab tersebut beliau menulis satu pasal khusus yang mengumpulkan berbagai pendapat Imam Madzhab Fiqh tentang sampainya manfaat amal atau pahala dari orang yang masih hidup yang dihadiahkan kepada orang yang telah mati. Beliau menukil pendapat Imam Madzhab Fiqh Hanafi seperti Syeikh Burhanuddin Ali bin Abu Bakar, Syeikh Syamsuddin Abdul Abbas, Syeikh Ibnu Abidin, Syeikh Ali Qori, dan lain-lain. Dari Madzhab Maliki ada Imam Ibnu Ruysd, Ibnul Hajj, Al Hattabi, dan lain-lain. Dari Madzhab Syafi’I ada Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Subkiy, Imam Ibnu SHolah, Syeikhul Islam Abu Abdillah Al-Qoyyati, dan lain-lain. Lalu kemudian para Imam madzhab fiqh Hanbali seperti Imam Ahmad dan Ibnu Qudamah.  Imam Ahmad sendiri berpendapat bahwa “Segala bentuk pahala kebaikan seperti shodaqoh dan sholat atau yang lainnya yang dihadiahkan kepada mayyit akan sampai kepadanya”. Mas Ikhwan kan jago baca kitab. Jika berkenan, monggo kitab tersebut dibaca.  
I           : Ya. Kalau ada waktu aku ke toko kitab, untuk beli kitab tersebut. Insyaalloh. Bisa kamu jelaskan sedikit tentang isi kitab tersebut?
S          : oke mas Bro.. sedikit aja ya. Untuk lengkapnya, mas Ikhwan baca sendiri.
I           : iya iya.
S          : Syeikh Taqiyyudin Abul Abbas Ahmad bin Taimiyyah berkata, barang siapa meyakini bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat kecuali dari amalannya sendiri saja berarti dia telah menentang ijma’. Sesungguhnya seseorang bisa mendapat manfaat dari doa orang lain. Ini berarti dia mendapatkan manfaat dari amalan orang lain. Seorang mayyit mendapat manfaat sedekah atas dirinya berdasarkan nash sunnah dan ijma’. Ini berarti si mayyit mendapatkan manfaat dari orang yang masih hidup. Seseorang akan terbebas dari tanggungan utang jika ada orang lain yang melunasinya. Ini berarti orang tersebut mendapat manfaat dari orang lain. Sama dengan ayahmu, beliau punya hutang. Sampai mati belum bisa melunasi. Kamu sebagai anaknya yang melunasi. Artinya ayahmu mendapatkan manfaat dari amal yang kamu kerjakan.
I           : jangan bawa-bawa nama ayahku dong..!
S          : maaf. Hanya sebagai contoh aja. Sebenarnya masih banyak contoh kasus yang menjelaskan bahwa seseorang, baik yang hidup maupun yang sudah mati, bisa mendapatkan manfaat dari amal yang dikerjakan oleh orang lain. Untuk selengkapnya, Mas Ikhwan baca di kitab Ghoyatul Maqsud ya..
I           : Iya. Insyaalloh. Aku masih belum percaya. Nanti aku cek langsung di kitab itu..
S          : Alhamdulillah
I           : kenapa?
S          : bersyukur kepada Alloh. Emang gak boleh? Hehehe
I           : iya. Boleh. Bersyukur atas apa?
S          : oooalah… bersyukur karena mas Ikhwan mau baca kitab itu.
I           : pecinta ilmu kan memang seharusnya begitu. Terus dan senantiasa terus belajar…
S          : I agree with you. Top margotop mas Ikhwan ini… oiya. Imam Manshur bin Yunus al Bahuti dalam kitab Kasyaf al-Qina`, mengutip pendapat Imam Ahmad. Beliau berkata, mayyit akan mendapat setiap kebaikan yang diberikan kepadanya karena ada nash-nash yang menjelaskan hal tersebut. Sungguh orang-orang muslim di setiap kota berkumpul, membaca al-Quran, dan menghadiahkannya kepada ahli qubur mereka tanpa ada ulama yang mengingkarinya. Maka hal ini menjadi ijma’ ulama.
I           : iya. Aku juga akan baca kitab itu. Insyaalloh. Tapi sekali lagi, aku masih ragu kalau hadiah pahala itu bisa nyampek ke orang mati.
S          : gak papa Mas Ikhwan. Saya gak maksa. Silahkan cek sendiri di kitab-kitab tersebut.
I           : oke.
S          : semoga Alloh ta’ala menjadikan kita pencinta ilmu ya Mas…
I           : Amin. Kapan-kapan kita jagongan lagi ya… Masih banyak yang ingin aku diskusikan dengan kamu. Besok pagi aku gak bisa. Ada gawe. Nanti aku sms lah. Insyaalloh.
S          : oke Mas. Matur suwun. Jazakumulloh.
I           : sampai ketemu kang Selamet. Salamu’alaikum…
S          : wa’alaikumsalam mas… ati-ati..
S          : mbok Dharmi, berapa? Kopi satu, gorengane papat..
D         : sudah dibayar mas Ikhwan, kang Selamet.
S          : Alhamdulillah… Jazahulloh ahsanal jaza’
              Saya pamit Mbok Dharmi. Assalamualaikum…
D         : Wa’alaikum salam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar