Sesuai dengan kesepakatan sehari
sebelumnya, Selamet (S) dan Ikhwan (I) kembali bertemu di warung Mbok Darmi
pagi itu. Sambil menyeruput kopi panas, mereka melanjutkan jagongan kemaren yang belum selesai…
I :
Met. Aku masih tidak percaya kalau hadiah pahala orang yang masih hidup itu
bisa sampai kepada orang yang sudah mati.
S :
ya tidak apa-apa Mas Ikhwan.
I :
coba kamu tunjukkan padaku dalil hadits, atau pendapat ulama yang menyatakan
bahwa pahala orang yang masih hidup itu bisa sampai kepada orang yang telah
mati.
S :
kemaren kan sudah saya sampaikan mas. Dalil itu kan gak harus tekstual. Dasar
hukum dalam agama kan bukan cuma al-Quran dan Hadits, tapi juga ijma’ dan
qiyas.
Saya tanya mas. Ada gak dalil
al-Quran atau hadits nabi yang memerintahkan atau membolehkan pemberian harokat
dan titik pada penulisan al-Quran? Quran pada jaman Nabi kan gak ada titik dan
harokatnya? Begitu juga dengan penulisan al-Quran plus terjemahannya, ada gak
dalil al-Quran atau Haditsnya?
I :
aku gak tahu itu.
S :
lha… itu…
I :
sudahlah. Jangan melebarkan permasalahan. Mana dalilnya?
S :
dalil apa mas? Hehehe
I :
dalil bahwa orang yang hidup bisa meberi manfaat kepada orang yang telah mati!
S :
ooalah…
Ketika Ibunya meninggal dunia, sahabat
Sa’ad sedang tidak ada di sisi ibunya. Kemudian beliau datang kepada Rosululloh
dan bertanya;
Wahai Rosululloh, ibuku telah
meninggal dunia di waktu saya tidak di situ. Apakah kiranya akan berguna
baiginya bila saya bershodaqoh?.
Nabi menjawab; Iya. Lalu Sa’ad
berkata; saya bersaksi kepadamu bahwa kebun kurma saya, al-Mikhrof, sebagai
sedekah untuknya.
Hadits ini diriwayatkan oleh imam
Bukhori. Saya yakin mas Ikhwan tahu hadits ini, mase kan jagoan ngaji hadits…
I :
itukan shodaqoh harta benda. Kalau shodaqoh seperti itu memang iya, bisa
bermanfaat bagi orang yang telah meninggal dunia.
S :
lha iya.. itu kan bisa diqiyashkan.. intinya adalah, orang yang hidup bisa
memberi manfaat bagi orang yang sudah mati. Pahala dari amal orang yang hidup
bisa bermanfaat bagi orang yang mati.
I :
halahhh.. itu akal-akalan kamu aja.
S :
sama. Itu juga akal-akalan mas Ikhwan aja. Hehehe
I :
bukankah kata Imam Syafi’I, bacaan al-Quran orang yang hidup itu tidak bisa
sampai kepada orang yang sudah mati? Lha kamu kan bermadzhab Syafi’i?
S :
benar. Saya bermadzhab Syafi’i. Saya sendiri sangat menghormati Imam Syafi’i.
Dalam banyak hal, saya menganut madzhab beliau dengan mempelajari
pendapat-pendapat beliau beserta argumentasinya. Tentu, sebatas kemampuan saya
yang memang sangat terbatas. Beliau pernah berujar. “Para ulama sepakat bila
telah jelas baginya sunnah Rosululloh, maka tidak diperkenankan untuk
meninggalkannya, dikarenakan pendapat seseorang”.
I :
Jadi dalam hal ini kamu gak sependapat dengan Imam Syafi’i?
S :
sebentar mas. Saya sama sekali tidak sebanding dengan Imam Syafi’i. Begini mas.
Saya pernah baca kitab Ghoyatul Maqsud,
karya Syeikh Abdulloh bin Muhammad bin Humaid rohimahulloh. Dalam kitab tersebut beliau menulis satu pasal khusus
yang mengumpulkan berbagai pendapat Imam Madzhab Fiqh tentang sampainya manfaat
amal atau pahala dari orang yang masih hidup yang dihadiahkan kepada orang yang
telah mati. Beliau menukil pendapat Imam Madzhab Fiqh Hanafi seperti Syeikh
Burhanuddin Ali bin Abu Bakar, Syeikh Syamsuddin Abdul Abbas, Syeikh Ibnu
Abidin, Syeikh Ali Qori, dan lain-lain. Dari Madzhab Maliki ada Imam Ibnu
Ruysd, Ibnul Hajj, Al Hattabi, dan lain-lain. Dari Madzhab Syafi’I ada Imam
Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Subkiy, Imam Ibnu SHolah, Syeikhul Islam Abu Abdillah
Al-Qoyyati, dan lain-lain. Lalu kemudian para Imam madzhab fiqh Hanbali seperti
Imam Ahmad dan Ibnu Qudamah. Imam Ahmad
sendiri berpendapat bahwa “Segala bentuk pahala kebaikan seperti shodaqoh dan
sholat atau yang lainnya yang dihadiahkan kepada mayyit akan sampai kepadanya”.
Mas Ikhwan kan jago baca kitab. Jika berkenan, monggo kitab tersebut dibaca.
I :
Ya. Kalau ada waktu aku ke toko kitab, untuk beli kitab tersebut. Insyaalloh. Bisa
kamu jelaskan sedikit tentang isi kitab tersebut?
S :
oke mas Bro.. sedikit aja ya. Untuk lengkapnya, mas Ikhwan baca sendiri.
I :
iya iya.
S :
Syeikh Taqiyyudin Abul Abbas Ahmad bin Taimiyyah berkata, barang siapa meyakini
bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat kecuali dari amalannya sendiri saja
berarti dia telah menentang ijma’. Sesungguhnya seseorang bisa mendapat manfaat
dari doa orang lain. Ini berarti dia mendapatkan manfaat dari amalan orang
lain. Seorang mayyit mendapat manfaat sedekah atas dirinya berdasarkan nash
sunnah dan ijma’. Ini berarti si mayyit mendapatkan manfaat dari orang yang
masih hidup. Seseorang akan terbebas dari tanggungan utang jika ada orang lain
yang melunasinya. Ini berarti orang tersebut mendapat manfaat dari orang lain. Sama
dengan ayahmu, beliau punya hutang. Sampai mati belum bisa melunasi. Kamu
sebagai anaknya yang melunasi. Artinya ayahmu mendapatkan manfaat dari amal
yang kamu kerjakan.
I :
jangan bawa-bawa nama ayahku dong..!
S :
maaf. Hanya sebagai contoh aja. Sebenarnya masih banyak contoh kasus yang
menjelaskan bahwa seseorang, baik yang hidup maupun yang sudah mati, bisa
mendapatkan manfaat dari amal yang dikerjakan oleh orang lain. Untuk
selengkapnya, Mas Ikhwan baca di kitab Ghoyatul
Maqsud ya..
I :
Iya. Insyaalloh. Aku masih belum percaya. Nanti aku cek langsung di kitab itu..
S :
Alhamdulillah
I :
kenapa?
S :
bersyukur kepada Alloh. Emang gak boleh? Hehehe
I :
iya. Boleh. Bersyukur atas apa?
S :
oooalah… bersyukur karena mas Ikhwan mau baca kitab itu.
I :
pecinta ilmu kan memang seharusnya begitu. Terus dan senantiasa terus belajar…
S :
I agree with you. Top margotop mas
Ikhwan ini… oiya. Imam Manshur bin Yunus al Bahuti dalam kitab Kasyaf al-Qina`, mengutip pendapat Imam
Ahmad. Beliau berkata, mayyit akan mendapat setiap kebaikan yang diberikan
kepadanya karena ada nash-nash yang menjelaskan hal tersebut. Sungguh
orang-orang muslim di setiap kota berkumpul, membaca al-Quran, dan
menghadiahkannya kepada ahli qubur mereka tanpa ada ulama yang mengingkarinya.
Maka hal ini menjadi ijma’ ulama.
I :
iya. Aku juga akan baca kitab itu. Insyaalloh.
Tapi sekali lagi, aku masih ragu kalau hadiah pahala itu bisa nyampek ke orang
mati.
S :
gak papa Mas Ikhwan. Saya gak maksa. Silahkan cek sendiri di kitab-kitab
tersebut.
I :
oke.
S :
semoga Alloh ta’ala menjadikan kita pencinta ilmu ya Mas…
I :
Amin. Kapan-kapan kita jagongan lagi ya… Masih banyak yang ingin aku diskusikan
dengan kamu. Besok pagi aku gak bisa. Ada gawe. Nanti aku sms lah. Insyaalloh.
S :
oke Mas. Matur suwun. Jazakumulloh.
I :
sampai ketemu kang Selamet. Salamu’alaikum…
S :
wa’alaikumsalam mas… ati-ati..
S :
mbok Dharmi, berapa? Kopi satu, gorengane papat..
D :
sudah dibayar mas Ikhwan, kang Selamet.
S :
Alhamdulillah… Jazahulloh ahsanal jaza’
Saya pamit Mbok Dharmi. Assalamualaikum…
D :
Wa’alaikum salam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar