Sabtu, 24 November 2012

Mengatasi Anak Yang Punya Senjata Andalan MENANGIS

Bagaimana mengatasi anak yang menggunakan tangisan sebagai senjata andalan?
Saya adalah seorang ibu. Saya memiliki anak yang berusia 5 tahun. Ketika menginginkan sesuatu, anak saya seringkali menangis dengan keras. Anak saya baru berhenti jika keinginannya dipenuhi. Contohnya: setiap pagi anak saya minta dibuatkan mie instan. Sebenarnya saya tahu jika mie instan itu tidak baik bagi anak. Apalagi dalam jumlah yang banyak dan frekuensi yang sering. Tapi mau gimana lagi, anak saya itu selalu merengek minta mie instan setiap pagi. Kalau tidak saya kasih, dia mengangis dengan sangat keras sampai kedengaran dari rumah tetangga. Selain malu dengan tetangga, saya juga tidak tega melihat anak saya yang masih 5 tahun itu menangis sambil meraung-raung di lantai. Bagaimana sebaiknya sikap saya menghadapi anak saya tersebut? Terimakasih.

Jawab:
Ibu yang dirahmati Alloh, ketika anak menggunakan tangisan untuk “memaksa” kita menuruti keinginannya kemudian berhasil, dia akan mengulanginya lagi di lain kesempatan. Dan jika dia berhasil untuk yang ke dua kali dan seterusnya, maka dia benar-benar akan menggunakan tangisan itu sebagai “senjata andalan” untuk memaksa kita menuruti keinginannya.
Lalu bagaimana solusinya?
Ibu yang bijaksana, kita harus tahu dengan pasti mana keinginan anak yang baik dan bermanfaat bagi dia dan mana yang jelek dan berbahaya bagi dia. Jika si anak memiliki keinginan yang berakibat jelek bagi dia, seperti yang Ibu utarakan tersebut, maka kita sebagai orang tua harus “tega” menolak keinginannya. Tentu kita harus menjelaskan dengan lembut kepada si anak bahwa keinginannya itu berbahaya dan berakibat jelek bagi dia. Misalnya, dia nanti bisa sakit.
Biasanya respons anak adalah menangis dan merengek. Tidak mengapa, tetaplah bersikap tenang dan jangan terpacing oleh ulahnya. Katakanlah dengan lembut, “Adik tidak boleh terus-terusan makan mie instan setiap pagi, karena bisa membuat adik sakit. Lebih baik adik makan telur dan minum susu agar badan adik sehat dan kuat. Kalau adik mau nangis, silahkan. Ibu akan tunggu sampai adik selesai menangis…”.
Tetaplah konsisten dengan pendirian Ibu. Jangan lekas luluh dengan tangisan si anak. Ibu juga tidak perlu malu dengan tetangga. Ini kan untuk kebaikan anak Ibu sendiri, buat apa malu? Dan, sebaiknya berilah semangat kepada si anak. Misalnya dengan mengatakan, “Ibu tahu adik anak yang baik, adik anak yang pandai, nanti kalau sudah selesai menangis, bilang ke ibu ya…”.
Memang, kebanyakan orang tua kesusahan menerapkan metode ini. Mereka berpikir alangkah kejamnya orang tua yang membiarkan anaknya menangis dan meraung-raung seperti itu. padahal, inilah yang dinamakan ketegasan. Bukan berarti tidak sayang. Justru inilah wujud kasih sayang orang tua yang sebenarnya kepada anak. Apa Ibu mau nantinya anak ibu sakit-sakitan dan terganggu perkembangannya? Kita seharusnya mengajari anak kita tentang hal yang benar dan hal yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.
Dengan bersikap tegas dan konsisten, lama-kelamaan si anak akan menyadari bahwa dia tidak bisa memaksakan kehendaknya dengan menggunakan tangisan. Sekali kita berhasil menyadarkan si anak, dia akan berhenti untuk memaksakan kehendaknya kepada orang tua.
Setelah tenang dan berhenti menangis, biasanya seorang anak akan menunjukkan sinyal-sinyal perdamaian dengan orang tua. Dia akan mendekati orang tua dan mulai mengajak komunikasi. Tentu saja, karena memang dia membutuhkan orang tuanya. Jika tanda-tanda itu muncul, segeralah sambut anak Anda dengan pelukan dan ciuman yang penuh dengan kasih sayang. Pujilah anak Anda dengan mengatakan, “adik memang anak yang baik”, atau, “anak mama hebat ya..”. Saya yakin anak Anda pun akan menyambut baik sikap Ibu tersebut.
Sebagai orang tua, kita perlu menhindari ucapan yang melemahkan seperti, “dasar kamu anak cengeng”, “kamu bikin repot mama saja..!”, atau ancaman-ancaman kosong, seperti, “awas ya, nanti kalau mama pergi adik tidak diajak lagi”. Ucapan yang melemahkan dan ancaman kosong seperti itu tidak akan bisa merubah sikap si anak menjadi lebih baik. Hindarilah, sekali lagi hindari kata-kata seperti itu.
Jika suatu ketika si anak mengulangi lagi jurus menangis seperti itu, kita tidak perlu menyalahkan si anak. Kita hendaknya mengulangi lagi cara-cara yang tegas dan konsisten tersebut. Tentu saja cara-cara tersebut kita lakukan dengan lembut. Bagaimanapun dia adalah anak manusia yang masih berusia 5 tahun dan masih butuh banyak belajar. Mungkin saja teknik ini memerlukan pengulangan beberapa kali hingga si anak benar-benar memahami dan menyadari. Bersabarlah… demi kebaikan buah hati Anda.
Terakhir, ingatlah untuk senantiasa berdoa. Mintalah kepada Allo ta’ala agar melembutkan hati anak-anak kita sehingga kita mudah mendidik mereka untuk menjadi anak-anak yang baik. (tj) 
(Disarikan dari buku Ayah Edy Menjawab: 100 persoalan sehari-hari orang tua yang tidak ada jawabannya di kamus manapun, hal 3-5. 2012. Jakarta: Noura Books. Dengan beberapa modifikasi dan tambahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar