Bagaimana mengatasi anak yang
menggunakan tangisan sebagai senjata andalan?
Saya
adalah seorang ibu. Saya memiliki anak yang berusia 5 tahun. Ketika
menginginkan sesuatu, anak saya seringkali menangis dengan keras. Anak saya
baru berhenti jika keinginannya dipenuhi. Contohnya: setiap pagi anak saya
minta dibuatkan mie instan. Sebenarnya saya tahu jika mie instan itu tidak baik
bagi anak. Apalagi dalam jumlah yang banyak dan frekuensi yang sering. Tapi mau
gimana lagi, anak saya itu selalu merengek minta mie instan setiap pagi. Kalau
tidak saya kasih, dia mengangis dengan sangat keras sampai kedengaran dari
rumah tetangga. Selain malu dengan tetangga, saya juga tidak tega melihat anak
saya yang masih 5 tahun itu menangis sambil meraung-raung di lantai. Bagaimana
sebaiknya sikap saya menghadapi anak saya tersebut? Terimakasih.
Jawab:
Ibu
yang dirahmati Alloh, ketika anak menggunakan tangisan untuk “memaksa” kita
menuruti keinginannya kemudian berhasil, dia akan mengulanginya lagi di lain
kesempatan. Dan jika dia berhasil untuk yang ke dua kali dan seterusnya, maka
dia benar-benar akan menggunakan tangisan itu sebagai “senjata andalan” untuk
memaksa kita menuruti keinginannya.
Lalu
bagaimana solusinya?
Ibu
yang bijaksana, kita harus tahu dengan pasti mana keinginan anak yang baik dan
bermanfaat bagi dia dan mana yang jelek dan berbahaya bagi dia. Jika si anak
memiliki keinginan yang berakibat jelek bagi dia, seperti yang Ibu utarakan
tersebut, maka kita sebagai orang tua harus “tega” menolak keinginannya. Tentu
kita harus menjelaskan dengan lembut kepada si anak bahwa keinginannya itu
berbahaya dan berakibat jelek bagi dia. Misalnya, dia nanti bisa sakit.
Biasanya
respons anak adalah menangis dan merengek. Tidak mengapa, tetaplah bersikap
tenang dan jangan terpacing oleh ulahnya. Katakanlah dengan lembut, “Adik tidak
boleh terus-terusan makan mie instan setiap pagi, karena bisa membuat adik
sakit. Lebih baik adik makan telur dan minum susu agar badan adik sehat dan
kuat. Kalau adik mau nangis, silahkan. Ibu akan tunggu sampai adik selesai menangis…”.
Tetaplah
konsisten dengan pendirian Ibu. Jangan lekas luluh dengan tangisan si anak. Ibu
juga tidak perlu malu dengan tetangga. Ini kan untuk kebaikan anak Ibu sendiri,
buat apa malu? Dan, sebaiknya berilah semangat kepada si anak. Misalnya dengan
mengatakan, “Ibu tahu adik anak yang baik, adik anak yang pandai, nanti kalau
sudah selesai menangis, bilang ke ibu ya…”.
Memang,
kebanyakan orang tua kesusahan menerapkan metode ini. Mereka berpikir alangkah
kejamnya orang tua yang membiarkan anaknya menangis dan meraung-raung seperti
itu. padahal, inilah yang dinamakan ketegasan. Bukan berarti tidak sayang.
Justru inilah wujud kasih sayang orang tua yang sebenarnya kepada anak. Apa Ibu
mau nantinya anak ibu sakit-sakitan dan terganggu perkembangannya? Kita
seharusnya mengajari anak kita tentang hal yang benar dan hal yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk.
Dengan
bersikap tegas dan konsisten, lama-kelamaan si anak akan menyadari bahwa dia
tidak bisa memaksakan kehendaknya dengan menggunakan tangisan. Sekali kita
berhasil menyadarkan si anak, dia akan berhenti untuk memaksakan kehendaknya
kepada orang tua.
Setelah
tenang dan berhenti menangis, biasanya seorang anak akan menunjukkan
sinyal-sinyal perdamaian dengan orang tua. Dia akan mendekati orang tua dan
mulai mengajak komunikasi. Tentu saja, karena memang dia membutuhkan orang
tuanya. Jika tanda-tanda itu muncul, segeralah sambut anak Anda dengan pelukan
dan ciuman yang penuh dengan kasih sayang. Pujilah anak Anda dengan mengatakan,
“adik memang anak yang baik”, atau, “anak mama hebat ya..”. Saya yakin anak
Anda pun akan menyambut baik sikap Ibu tersebut.
Sebagai
orang tua, kita perlu menhindari ucapan yang melemahkan seperti, “dasar kamu
anak cengeng”, “kamu bikin repot mama saja..!”, atau ancaman-ancaman kosong,
seperti, “awas ya, nanti kalau mama pergi adik tidak diajak lagi”. Ucapan yang
melemahkan dan ancaman kosong seperti itu tidak akan bisa merubah sikap si anak
menjadi lebih baik. Hindarilah, sekali lagi hindari kata-kata seperti itu.
Jika
suatu ketika si anak mengulangi lagi jurus menangis seperti itu, kita tidak
perlu menyalahkan si anak. Kita hendaknya mengulangi lagi cara-cara yang tegas
dan konsisten tersebut. Tentu saja cara-cara tersebut kita lakukan dengan
lembut. Bagaimanapun dia adalah anak manusia yang masih berusia 5 tahun dan
masih butuh banyak belajar. Mungkin saja teknik ini memerlukan pengulangan beberapa
kali hingga si anak benar-benar memahami dan menyadari. Bersabarlah… demi kebaikan
buah hati Anda.
Terakhir,
ingatlah untuk senantiasa berdoa. Mintalah kepada Allo ta’ala agar melembutkan
hati anak-anak kita sehingga kita mudah mendidik mereka untuk menjadi anak-anak
yang baik. (tj)
(Disarikan
dari buku Ayah Edy Menjawab: 100 persoalan sehari-hari orang tua yang tidak ada
jawabannya di kamus manapun, hal 3-5. 2012. Jakarta: Noura Books. Dengan
beberapa modifikasi dan tambahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar