Kamis, 01 November 2012

Cita Yang Tertunda

Sekitar empat tahun yang lalu saya pernah memiliki "krentek" untuk mengumpulkan kisah-kisah perjuangan saya dan teman-teman dalam berjuang dan paserah meraih dan menerima beasiswa PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) Kemenag RI dalam sebuah buku. Pikiran saya pada waktu itu, kumpulan kisah-kisah tersebut tentu bisa menambah rasa syukur kami karena telah mendapatkan anugerah yang besar dari Alloh ta'ala berupa full-scholarship sekaligus -mungkin- dapat menjadi sumber inspirasi bagi adik-adik kami di pesantren yang belum atau sudah punya keinginan untuk meraih beasiswa serupa. Minimal, kisah-kisah tersebut dapat menjadi salah satu kenangan indah dalam sejarah hidup kami.

Alhamdulillah, "krentek" saya itu belum bisa terwujud bahkan sampai saya lulus dari Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya pada Oktober 2011 yang lalu. Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam mewujudkan "krentek" saya itu. Diantaranya adalah
- saya terlalu sibuk di organisasi, tercatat selama kurun 2008-2010 saya aktif di sedikitnya 6 organisasi baik yang level fakultas, universitas, maupun nasional. Kesibukan dan keterlenaan saya di beberapa organisasi tersebut membuat saya "lupa" terhadap "krentek" saya untuk mengumpulkan kisah-kisah itu.
- pada waktu itu saya belum begitu gandrung dengan dunia tulis-menulis. 
- dasarnya saya yang memang belum pantas menerima anugerah keberhasilan menulis dan mengumpulkan kisah-kisah perjuangan itu.

Pada awal tahun 2012, hasrat untuk mengumpulkan kisah-kisah itu kembali muncul di benak saya. Kemunculan hasrat tersebut terjadi karena beberapa stimulus. Diantaranya adalah
- adik angkatan saya di FIB yang bernama Huda menjadi inspirator bagi teman-temannya sesama peraih beasiswa Bidik Misi dalam membuat buku kumpulan kisah perjuangan meraih beasiswa Bidik Misi
- setelah saya membaca buku yang berjudul Dermaga Impian tersebut, tercetuk di pikiran saya, bahwa saya dan teman-teman saya di PBSB (organisasi mahasiswanya bernama CSS MoRA) sangat bisa membuat buku serupa dengan kualitas yang lebih baik
- saya memiliki anggota keluarga baru yang ternyata seorang novelist muda berbakat, namanya Azri KD 2010.

Saya pun kemudian menghubungi novelist muda tersebut dan mengutarakan "krentek" saya. Gayung bersambut, dia pun setuju dan mendukung. Tidak hanya itu, teman-teman di organisasi CSS MoRA pun ikut mendukung dan menyatakan siap menyediakan modal untuk mencetak naskahnya nanti. Langsung saja kami umumkan dan kami ajak teman-teman kami di CSS MoRA Unair untuk menulis kisah mereka ketika berjuang untuk mendapatkan beasiswa PBSB. Kami berusaha untuk meyakinkan kepada teman-teman bahwa mereka bisa dan layak menuliskan kisah hidup mereka. Sekitar dua bulan kemudian, terkumpul lebih dari 30 kisah di team kami. Selanjutnya kami pun melakukan seleksi dan editing dasar. Kami membuat tiga kriteria (1) Accepted (2) Doubt (3) Sorry. Yang pertama untuk naskah yang 99% "masuk kotak". Yang kedua untuk naskah yang kami masih perlu pertimbangkan lagi. Dan yang ketiga untuk naskah yang "mohon maaf tidak masuk kotak". Proses seleksi pun berlanjut dan akhirnya terpilih 13 kisah pilihan. Selain kualitas tulisan, isi, teknik menulis, kami pun juga mempertimbangkan nilai keunikan, kekhasan santri, dan persebaran wilayah.

Langkah selanjutnya adalah masuk di dapur penerbitan. Setelah mencari dan menilik beberapa penerbit, kami (atas jasa Azri) memutuskan untuk memilih Khalista, penerbit buku-buku pesantren, untuk menerbitkan naskah kami. Namun Abah Ma'ruf, owner Khalista, menyatakan bahwa beliau tidak bisa menerbitkan naskah dengan oplah di bawah 3000, padahal budget kami hanya cukup untuk menyetak 1000 eksemplar. Tapi beliau memberikan jalan keluar dengan mengenalkan kami kepada salah satu murid beliau yang juga bergerak di bidang percetakan. Adalah mas Rijal dengan Imtiyaznya yang bersedia menjadi patner kami dalam menerbitkan naskah kami itu. Karena sama-sama santri, kami pun cepat akrab. Setelah melalui proses meeting beberapa kali, editing beberapa kali, dan sedikit penundaan, akhirnya dengan penuh rasa syukur, buku berjudul Mahasantri Airlangga tersebut berhasil dicetak dan diterbitkan di bulan Oktober 2012.



Dan pada hari Ahad 14 Oktober 2012, kami berhasil menyerahkan 1 eksemplar buku Mahasantri Airlangga tersebut kepada Pak Ruchman Basori yang merupakan Kasi PBSB di lingkungan Kemenag RI pada saat acara Istihlal CSS MoRA se Jawa Timur di SAC IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kami juga menitipkan 2 eks untuk Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Pak Imam Syafi'i dan Direktur PD Pontren, Bapak Saifudin. Semoga buku tersebut bisa membuat bapak-ibu kami di Kemenag tersenyum. hehehe

Selanjutnya, kami berencana melakukan tour dan bedah buku di beberapa pondok pesantren di Jawa Timur. Semoga lancar dan barokah.

salam pengabdian
-mas tije-
link
http://www.alumnipbsbunair.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar