Ayah bunda yang bijaksana, dibandingkan dengan tindak kejahatan lain, berbohong sebenarnya berada pada level teratas. Mengapa demikian? Mari kita lihat kondisi bangsa ini, berapa banyak orang yang melakukan korupsi? Dan kita tahu, korupsi itu berawal dari sebuah kebohongan. Kebohongan adalah awal dari berbagai kerusakan dan hanya membawa kita kepada keburukan.
Oleh karena itu, jika
anak (suka) berbohong, orang tua perlu segera mencari solusinya karena
dampaknya berat sekali. Tekankan dan pahamkan kepada anak bahwa berbohong adalah
kebiasaan yang sangat buruk dan berakibat buruk baik di dunia dan akhirat. Di
dunia, pembohong tidak akan dipercaya oleh orang lain. Di akhirat, pembohong
mendapatkan siksa karena berbohong itu termasuk perbuatan dosa.
Berdasarkan pengalaman
ayah Edy, seoarang pakar parenting, anak
(suka) berbohong karena pada awalnya mencontoh
orang-orang terdekatnya, siapapun orang itu dan sekecil apa pun kebohongan itu.
Salah satu contoh kebohongan kecil yang
(mungkin) sering dilakukan orang tua adalah ketika ada tamu tak diundang yang
bernama pengemis, orang tua berkata, “Dek, bilang mama gak ada ya…”. Karena
melihat orang-orang terdekatnya berbohong, si anak mengira bahwa bebohong itu
wajar-wajar saja dan boleh dilakukan. Akhirnya si anak pun mulai berbohong. Jadi,
faktor pertama anak (suka) berbohong adalah karena ada yang dicontoh. Tidak
mungkin seorang anak tiba-tiba suka berbohong jika tidak ada yang dicontoh.
Faktor kedua, orang tua
seringkali ingin jawaban yang bagus-bagus dari sang anak. Jika anak cerita
tantang sesuatu yang jelek, yang tidak menyenangkan, sering kali orang tua
marah-marah. Orang tua tidak siap dengan jawaban yang tidak bagus. Jadinya,
kejujuran anak seringkali dibalas dengan emosi. Contoh: suatu hari sang anak
bolos sekolah, lalu orang tua mengatahui kalau anaknya bolos sekolah.
“adek
tadi bolos sekolah ya?”
“iya” jawab sang anak
“Adek ini, mama sudah
susah-susah nyekolahin, malah sekolah gak bener..!! mau jadi apa kamu!!”
Nah, kebanyakan orang
tua suka marah-marah seperti ini. Jadinya di kesempatan berikutnya si anak
berbohong karena takut dimarahi orang tuanya. Sebenarnya si anak tidak memiliki
niat jahat. Ia hanya ingin cari aman saja. Padahal kalau orang tua gak
marah-marah, orang tua mau mencari penyebab kenapa anak bolos sekolah, kemudian
membantu anak untuk menyelesaikan permasalahannya, malah orang tua mau
menasehati sang anak dengan lembut dan memotivasi anak agar lebih giat belajar,
kemungkinan besar anak tidak akan berbohong.
Lalu bagaimana
solusinya?
Kalau penyebabnya
karena ada yang dicontoh, solusinya adalah mengubah sikap yang dicontoh. Jika
bunda merasa pernah berbohong kepada anak, katakana pada anak, “sayang, kalau
kamu berbohong karena mencontoh mama, maafkan mama ya. Mama berjanji tidak akan
berbohong lagi. Tolong bantu mama ya.. kalau mama berbohong, tolong adek
ingatkan”. Jadi memang harus ada komitmen yang dibangun oleh orang tua untuk
mengoreksi diri. Kalau orang tua mau berubah, insyaalloh anak pun akan berubah.
Kemudian, jika selama
ini orang tua sering marah-marah kalau mendengar atau mengetahui bahwa si anak
(mungkin) melakukan kesalahan, maka mulai sekarang kebiasaan ini harus dirubah.
Dengarkan jawaban anak tanpa memarahinya. Apapun jawabannya. Kita sebagai orang
tua mestinya bersyukur jika anak kita masih mau berkata jujur kepada kita. Jadi
anak kita masih percaya kepada kita. Ingat..!! marah tidak akan bisa
menyelesaikan masalah. Bayangkan kalau anak sudah terlanjur memakai narkoba.
Kalau orang tuanya marah-marah saja, apa ini akan menyelesaikan masalah?!
Justru melihat orang tuanya marah, mungkin ia malah akan terus melakukannya. Sebaliknya,
jika orang tua mau menerima si anak apa adanya, orang tua mau membantu anak
menyelesaikan masalahnya, orang tua mau bekerja sama dengan anak, kemungkinan
besar “kerusakan” itu bisa diperbaiki sedikit demi sedikit.
Cara bepikir seperti
ini seringkali luput dari pemikiran orang tua karena kebanyakan orang tua
merasa diri mereka paling benar. Kalau anaknya salah, mereka pikir itu hanya
kesalahan anak semata. Padahal kesalahan anak adalah kesalahan orang tua juga;
mungkin si anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang, akhirnya si anak
mencari teman, nah tanpa sengaja si anak mendapat teman yang salah, teman yang
buruk, lama-kelamaan si anak mengikuti apa yang dilakukan temannya itu karena
ia merasa nyaman bersama mereka. Oleh
karena itu, STOP marah ya Ayah Bunda.
Kalau anak melakukan
sesuatu yang dinilai salah, sebaiknya kita cari tahu dulu apa penyebabnya. Anak
bolos sekolah mungkin saja disebabkan karena ada gurunya yang galak, ada
temannya yang suka menyakiti, atau sebab yang lain. Kita cari tahu dulu
penyebabnya apa, kemudian kita bantu anak kita untuk menyelesaikan masalah-masalah
tersebut. Seperti ini lebih baik dan insyaalloh
si anak akan tetap berkata jujur kepada orang tua.
Bagaimana
kalau si anak masih berbohong?
Kita
sebaiknya membuat kesepakatan dengan anak. Kalau anak masih berbohong, kita
perlu memberikan sanksi yang tegas. Contoh, “adek tidak boleh berbohong, karena
berbohong itu dosa. Kalau adek berbohong lagi, akhir bulan ini adek tidak boleh
ikut rekreasi ke kebun binatang”. Jika kemudian si anak “ketangkap” berbohong
lagi, sanksi ini harus dijalankan. Konsistenlah agar anak mengerti bahwa
berbohong itu adalah perbuatan buruk yang harus dihindari.
Selain
itu, biasakanlah memberikan apresiasi kepada anak ketika dia berkata jujur.
Orang tua bisa mengucapkan, “terimakasih adek berkata jujur. Bunda akan tambah
sayang kepada adek”. Dan sesekali boleh juga kita, orang tua, memberikan hadiah
kepada anak karena sang anak konsisten berkata jujur. Insyaalloh dengan cara seperti ini anak-anak kita akan terbiasa dan
termotivasi untuk senantiasa berkata jujur. Ingat, biasakan setiap hari berdoa
agar Alloh ta’ala membersihkan hati anak-anak kita, agar Alloh ta’ala menolong
kita dan anak-anak kita menjadi orang-orang yang jujur. Semoga.
(Dikutip dari buku Ayah
Edy Menjawab: 100 persoalan sehari-hari orang tua yang tidak ada jawabannya di
kamus manapun, hal 31-35. 2012. Jakarta: Noura Books. Dengan beberapa
modifikasi dan tambahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar