Memaknai Istihlal
Pada bulan Syawwal jamak dijumpai umat Islam di Indonesia
menyelenggarakan Istihlal (sebagian orang menyebutnya halal bi halal).
Kata istihlal merupakan bentuk masdar dari kata istahlala (‘ala
wazni istaf’ala) yang berfaedah “tholab”, artinya “minta halal”.
Sama dengan kata istighfar (istaghfaro) yang berarti minta ampun. Jadi “istihlal”
berarti minta halal (atas kesalahan yang pernah diperbuat).
مَنْ كَانَتْ لَهُ
مَظْلِمَةٌ لِأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ اَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ الْيَوْمَ - رواه البخارى
Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “barang siapa mempunyai dosa kedholiman terhadap
kehormatan saudaranya atau apa pun darinya, maka hendaklah dia meminta halal
dari dosa tersebut pada hari ini”.
Namun memang, minta halal (minta dimaafkan) atas kesalahan atau
kedholiman yang telah diperbuat ini hendaknya tidak hanya kita lakukan ketika
momen idul fithri atau bulan Syawwal, tetapi kapan saja kita berbuat salah atau
dholim, hendaknya kita segera minta dihalalkan (dimaafkan).
Lalu, apa sebenarnya makna yang terkandung dalam Istihlal?
Guru kami, KH. M. Ihya Ulumiddin pernah menyampaikan bahwa Ihtihlal
itu hendaknya kita maknai sebagai momentum "pengakuan". Iya,
pengakuan. Kita mengakui bahwa kita banyak dosa dan salah kepada Alloh ta'ala.
Kita mengakui bahwa kita punya banyak kesalahan dan kedholiman kepada saudara
dan sahabat kita. Kita ngaku, dan kemudian minta maaf.
Kita ngaku bahwa kita belum bisa maksimal dalam memanfaatkan
madrasah Romadlon. Kita masih bolong jama'ah sholat fardlunya. Kita masih
bolong qiyamul-lailnya. Kita masih bolong tilawah al-Qurannya. Kita
masih bolong infaq-shodaqohnya. Iya, memang benar kita berpuasa, menahan lapar
dan haus. Tapi kita belum bisa maksimal untuk menahan diri dari perkataan
kotor, perkataan yang tidak berguna, perkataan yang menyakitkan orang lain.
Kita belum bisa berpuasa dari "ngerasani" (ghibah) dan dusta.
Kita masih sering berbohong (kecil). Kita belum bisa berpuasa dari iri-dengki.
Kita belum bisa berpuasa dari riya` dan sum'ah, 'ujub dan takabbur. Ayo kita
NGAKU..!!
Astaghfirullohal'adhim...
Sementara orang menganggap bahwa frase ‘Id al-Fithri berarti
“kembali ke suci”. Hal ini –mungkin- didasarkan kepada sebuah hadits yang
menjelaskan bahwa barang siapa berpuasa Romadlon dengan iman dan ihstisab
(mengharap ridlo Alloh ta’ala) maka diampuni dosanya yang telah lampau.
Sehingga beberapa orang tersebut mengganggap bahwa orang yang dia beri ucapan
selamat ‘Id al-Fithri adalah orang yang diampuni segala dosa-dosanya yang telah
lampau. Apakah hal tersebut benar? Agaknya kita tidak bisa membenarkan argumen
tersebut begitu saja. Karena Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam
pun mengingatkan bahwa banyak orang berpuasa yang tidak memperoleh pahala apa
pun kecuali hanya lapar dan dahaga karena dia tidak menjaga diri dari berkata
kotor, berbohong, dan memfitnah ketika dia berpuasa.
Di samping hal tersebut, pemahaman bahwa idul fithri berarti
“kembali ke suci” inilah yang mungkin menyebabkan banyak orang merasa gembira
dan berpesta pora ketika bulan Romadlon habis dan bulan Syawwal tiba. Hal ini
bisa kita saksikan di TV dan kehidupan sekitar kita. Ustadz Junaidi Sahal dawuh;
Orang yang merayakan kemenangan belum tentu meraih kemenangan…
Apa makna ‘Id al-Fithri yang sebenarnya? Frase ‘Id
al-Fithri عيد الفطر)) terbentuk dari dua kata, ‘Id yang
berarti kembali, dan al-Fithri yang berarti sarapan atau berbuka. BUKAN al-fithroh
( الفطرة ) yang berarti; naluri,
watak, asal kejadian, agama yang lurus, dan kesucian (Lihat Kamus Mutahar; Kamus
Arab-Indonesia, hal: 828). Jadi frase selamat ‘Id al-Fithri bermakna
“selamat sarapan atau berbuka kembali” yang menandai bahwa bulan Romadlon telah
usai dan tibalah tanggal 1 Syawwal. Bukankah ketika hari Raya ‘Id al-Fithri
kita diharomkan untuk berpuasa dan disunnahkan untuk sarapan? Agaknya makna
seperti ini lebih rasional dan mendekatkan kita kepada pemahaman yang benar.
Lebih lanjut, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
at-Turmudzi yang menjelaskan bahwa ‘Id al-Fithri adalah hari untuk
berbuka.
عن أبي هريرة : أن النبي
صلى الله عليه و سلم قال الصوم يوم تصومون والفطر يوم تفطرون والأضحى يوم تضحون
(Maksudnya) “Dari Abu Huroiroh rodliyallohu ‘anhu:
Sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda; shoum
/puasa adalah hari kalian berpuasa, (‘Id) al-Fithri adalah hari kalian
berbuka, dan (‘id) al-Adlha adalah hari kalian menyembelih.” (Sunan at-Tirmidzi
no. 697)
Oleh karena itu, janganlah kita terlalu PeDe dengan merasa bahwa
kita telah kembali suci setelah melewati bulan Romadlon. Sebaliknya, marilah
kita bersikap tawadlu’. Marilah kita mengakui kesalahan dan kekurangan
kita, terutama selama bulan Romadlon. Marilah kita senantiasa berdoa dan
mendoakan saudara kita dengan doa:
تَقَبَّلَ اللهُ
مِنَّا وَمِنْكُمْ
taqobbalallohu minna wa minkum
(Maksudnya): “semoga Alloh menerima [ibadah, khususnya di bulan
Romadlon] dari kami dan kalian”. (Diriwayatkan dari Jubair bin Nufair. Lihat Fiqhus
sunnah: I/274)
Konon, dulu para sahabat Nabi mengamalkan doa ini selama kurang
lebih 6 bulan. Jadi mulai tanggal 1 Syawwal sampai bulan Robi'ul Awwal, para
sahabat Nabi, jika bertemu saudara dan sahabatnya, beliau mengucapkan doa "taqobbalallohu
minna wa minkum".
Kenapa beliau-beliau sampek segitunya..??
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam ad-Daruquthni.
اِذَا سَلِمَتِ
الْـجُمُعَةُ سَلِمَتِ الْأَيَّامُ, وَ اِذَا سَلِمَ رَمَضَانُ سَلِمَتِ السَّنَةُ
idza salimat al-jum'ah, salimat al-ayyam.
idza salima Romadlon, salimat as-sanah.
(Maksudnya): “Jika hari jum'at selamat,
selamatlah hari-hari (selama sepekan), dan jika bulan Romadlon selamat, selamatlah
(bulan-bulan selama) setahun”.
Muslim itu, jika jum'at nya selamat, maka
insyaalloh, selamatlah ia di sepanjang pekan. Ini sekaligus menjadi
bahan evaluasi bagi kita umat Islam di Indonesia. Salah satu kerugian terbesar
kita adalah jum'at tidak menjadi hari libur. Sehingga kita tidak bisa
menggunakan hari jum'at untuk fokus mendekatkan diri kepada Alloh ta'ala. Kita
masih disibukkan oleh sekolah dan pekerjaan. Kita pun akhirnya melaksanakan
sholat jum'at dengan kurang sempurna; telat, ngantuk pisan.
Selanjutnya, mari kita perhatikan sabda
Nabi kita tercinta. Muslim itu, jika bulan Romadlonnya selamat, bisa diartikan
jika ibadah-ibadahnya di bulan Romadlon diterima oleh Alloh ta'ala, maka insyaalloh,
selamatlah ia di sepanjang tahun. Nah, inilah rahasianya kenapa para sahabat
Nabi itu dengan segitunya mengamalkan doa "taqobbalallohu minna
wa minkum" sampai 6 bulan pasca Romadlon. Jadi jika doa tersebut
dikabulkan oleh Alloh ta'ala, maka efeknya akan ruarrr biasa bagi kehidupan
para sahabat itu; selamat sepanjang tahun. Siapa yang gak mau..??
Maka, marilah kita mentauladai para
sahabat Nabi yang mulia itu. Mari kita senantisa berdoa dan mendoakan saudara
dan sahabat kita dengan doa "taqobbalallohu minna wa minkum". Semoga
doa kita dikabulkan oleh Alloh ta'ala. Amin.
ليس العيد لمن
لباسه جديد # ولكن العيد لمن إيمانه يزيد
‘Id itu bukanlah
milik mereka yang baru bajunya
Tetapi, ‘Id adalah milik mereka yang
bertambah imannya
Semoga bermanfaat. Wallohu a'lam
bish-showab. (tj/LP2A PBSB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar