Saudaraku yang dicintai
Alloh ta’ala,
Mari kita berhitung,
andaikan saja kita diberi oleh Alloh ta’ala “jatah hidup” di dunia selama 60
tahun. Kalau kita terbiasa tidur selama 8 jam setiap hari, makan-minum selama 2
jam setiap hari, bekerja mencari nafkah selama 8 jam setiap hari, menonton TV
selama 2 jam setiap hari, ngobrol-ngobrol ringan selama 2 jam tiap hari, maka
hal itu berarti kita…
Tidur
selama 8/24 x 60 tahun = 20 tahun seumur hidup
Makan
minum selama 2/24 x 60 tahun = 5 tahun seumur hidup
Bekerja
mencari nafkah selama 8/24 x 60 tahun = 20 tahun seumur hidup
Menonton
TV selama 2/24 x 60 tahun = 5 tahun seumur hidup
Ngobrol-ngobrol
ringan selama 2/24 x 60 tahun = 5 tahun seumur hidup
Lalu,
Berapa jam (dalam
sehari), atau berapa tahun (dari jatah umur kita di dunia) yang kita pergunakan
untuk sholat, membaca al-Quran, berdzikir, berdoa, bertaubat, dan mendekat
kepada Alloh ta’ala?
Berapa jam (dalam
sehari), atau berapa tahun (dari jatah
usia kita di dunia) yang kita pergunakan untuk bershodaqoh, berinfaq, membantu
saudara kita yang kesulitan, menanam pohon, membersihkan bumi dari polusi, dan
menebar manfa’at serta maslahat kepada sesama manusia dan alam semesta?
Berapa pula waktu yang
kita sediakan untuk mempelajari agama Islam, agama kita sendiri, agama yang
kita yakini bisa mengantarkan kita untuk meraih kebahagiaan di dunia dan
akhirat?
Saudaraku, umat Islam
kebanggaan Nabi Muhammad shollallohu
‘alaihi wa sallam,
Marilah kita
instropeksi, marilah kita mengevaluasi diri kita, apa sebenarnya tujuan akhir
hidup kita ini?
Kesejahteraan di dunia
saja?
Atau kebahagiaan di
akhirat?
Mari kita simak
baik-baik, dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih, surat cinta dari
Kekasih sejati kita, Alloh ta’ala…
Maksudnya:
“siapa
menghendaki keuntungan akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya. Dan
siapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian
darinya (keuntungan dunia), dan dia tidak akan mendapatkan bagian di akhirat”
(Q.S. asy-Syuro [42]: 20)
Perhatikan baik-baik.
Ayat tersebut dengan jelas mengingatkan kita bahwa jika kita menjadikan
kebahagiaan akhirat sebagai tujuan hidup kita, sebagai prioritas utama kita,
maka kita ‘kan mendapatkan kebahagiaan akhirat tersebut plus tambahan, yaitu
kebahagiaan di dunia. Sebaliknya, jika kita menjadikan keuntungan dunia sebagai
tujuan akhir hidup kita, sebagai prioritas utama kita, maka kita ‘kan
mendapatkan sebagian (tidak semuanya) dari keuntungan di dunia tersebut dan
kelak di akhirat kita tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, alias rugi..!!
Nabi kita tercinta,
Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda,
مَا لِى
وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ
شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
Maksudnya:
“Aku
tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku
tinggal di dunia tidak lain seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan
beristirahat, lalu meninggalkannya.” (H.R. Imam at-Tirmidzi)
Dzul Hijjah berarti "yang mempunyai tujuan". Marilah kita semua, di akhir bulan Dzul Hijjah ini, yang juga berarti akhir tahun 1433 H ini, menentukan tujuan hidup kita di dunia secara jelas. Apa sih sebenarnya tujuan kita hidup di dunia? Kalau saya boleh usul, tujuan kita adalah tinggal di surga dan bertemu Alloh ta'ala.
Saudaraku, di sisa
“jatah hidup” yang diberikan oleh Alloh ta’ala ini, marilah kita meningkatkan
semangat beribadah kita. Marilah kita meningkatkan kualitas ibadah kita, baik
berupa ibadah yang berhubungan langsung kepada Alloh ta’ala seperti sholat
fardlu, sholat sunnah rowatib, tahajjud, witr, dan dluha, dzikr, istighfar,
membaca al-Quran, memahami dan mengamalkan al-Quran, dan doa, maupun berupa
ibadah yang berhubungan dengan sesama manusia seperti shodaqoh, berdamai,
membantu keluarga dan tetangga yang sedang kesulitan, berkontribusi dalam
pembangunan dan pengelolaan masjid, madrasah, dan pesantren.
Saudaraku, marilah kita
meningkatkan semangat kita dalam mempelajari agama kita ini, agama Islam. Mari
kita sempatkan untuk menghadiri kajian, membaca buku agama islam, dan
berkonsultasi dengan ahli agama, ustadz atau Kyai yang ada di sekitar kita. Kalau
bukan kita yang belajar agama kita sendiri, siapa lagi?
Saudaraku, kita tidak
tahu kapan habisnya jatah hidup kita di dunia ini. Yang jelas, pergantian hari,
bulan, dan tahun berarti bahwa jatah umur kita semakin berkurang. Kita semakin
dekat dengan kematian. Marilah kita memperbanyak minta ampun kepada Alloh
ta’ala. Mari kita membaca istighfar dengan penuh ketundukan dan kerendahan hati
kepada Alloh ta’ala…
Astaghfirulloh….
Astaghfirulloh…
Astaghfirulloh…
Pada kesempatan yang
baik ini, marilah kita membaca doa yang diajarkan oleh ulama-ulama kita. Kami
mendapatkan doa ini dari guru kami, Abina K.H.M. Ihya Ulumiddin, pengasuh
Pondok Pesantren Nurul Haromain Pujon, Malang, dan Ketua Umum Hai`ah
ash-Shofwah. Mari kita baca bersama-sama…
éNi äi
ée=ZUã å<
é^æ
äj~Y énÏZ1ãp
Robbighfir li ma madlo
Wahfadzni
fi ma baqiy..
“Wahai Tuhanku,
ampunilah aku, atas dosa-dosa yang telah aku lakukan. Dan jagalah aku di sisa
umurku”.
Semoga Alloh ta’ala senantiasa
membimbing kita menuju jalan yang diridloi-Nya. Semoga Alloh ta’ala senantiasa
menjaga iman yang ada di sanubari kita ini. Semoga Alloh ta’ala menolong kita
agar kita bisa menjadikan keuntungan dan kebahagiaan di akhirat sebagai tujuan
utama kita hidup di dunia yang fana ini. Amin. (tj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar