Dalam
buku “37 Kebiasaan Buruk Orang Tua yang Menghasilkan Prilaku Buruk pada Anak”,
Ayah Edy, seorang pakar parenting, menjelaskan beberapa kebiasaan orang tua
yang berakibat negatif terhadap prilaku sang anak. Kebiasaan-kebiasaan orang
tua tersebut setelah dicermati ternyata justru menjadikan sang anak suka
melawan dan suah diatur. Diantara kebiasaan-kebiasaan buruk orang tua tersebut
adalah selalu menuruti permintaan anak, berbohong kecil dan sering, dan
ayah-ibu tidak kompak.
Kebiasaan
buruk pertama adalah “selalu menuruti permintaan anak”. Apakah anak kita anak
tunggal? Atau anak laki-laki satu-satunya? Atau anak yang sudah 10 tahun lebih
kita tunggu kehadirannya? Fenomena ini sering menyebabkan orang tua menuruti
apa saja keinginan si anak. Orang tua berusaha untuk membuat si anak senantiasa
mendapatkan apa saja yang diinginkannya. Hati-hati..!! Seperti seorang raja
kecil, semakin hari tuntutan anak akan semakin aneh-aneh dan kuat. Lama-lama
orang tua sudah tak mampu lagi untuk membendung keinginan si anak, padahal
keinginan itu sebenarnya berefek buruk pada masa depan si anak. Lagipula anak
yang dididik dengan cara seperti ini akan menjadi anak super egois, tidak kenal
toleransi, dan tidak bisa bersosialisasi. Istilah umumnya anak manja.
Apa
yang sebaiknya kita lakukan?
Betapapun
sayangnya kita kepada anak, kita tidak boleh selalu menuruti kemauan si anak.
Jika kita memang benar-benar sayang kepada anak, semestinya kita mengajari anak
kita tentang nilai baik dan buruk, tentang benar dan salah, tentang manfaat dan
bahaya, tentang apa yang boleh dan tidak boleh. Kita semestinya senantiasa
mengarahkan dan mendukung anak kita kepada hal-hal yang baik bagi mereka dan
masa depan mereka. Kalau anak kita meminta sesuatu yang tidak baik, kita harus
mampu menolaknya. Tentunya dengan cara yang baik. Contoh. Ketika waktu belajar,
sang anak minta nonton TV. Kemudian sang anak mengeluarkan jurus andalannya;
menangis dengan keras. Kita sebagai orang tua tidak boleh kalah dengan anak.
Kita tidak boleh menuruti kemauan anak yang tidak baik seperti itu. karena
kalau kita “kalah” dengan tangisan si anak, dia akan menjadikannya sebagai
pola. Dia akan menandai bahwa orang tua pasti akan mau menuruti keinginannya
jika dia menangis keras. Semestinya kita menasehati anak kita agar belajar
ketika waktunya belajar. Sang anak hanya boleh meonton TV pada jam-jam yang
ditentukan sesuai kesepakatan, misalnya hari ahad jam 07.00-09.00. Kalau si
anak menangis terus? Ya kita tunggu saja sampai berhenti. Toh lama-lama
berhenti juga kalau sudah capek. Waduh, kok tega banget sama si anak? Iya,
memang seharusnya seperti itu. Kita semestinya mengajari anak kita untuk
berdisiplin. Ya memang membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup lama. Namun
semua itu kan demi kebaikan anak kita tersayang, demi masa depan mereka yang
lebih baik.
Kebiasaan
buruk yang kedua adalah “berbohong kecil dan sering”. Tanpa sadar, sebagai
orang tua kita sering berbohong kepada anak. Contohnya pada saat kita mau
berangkat ke kantor, anak kita minta ikut. Apa yang kita lakukan? Apakah kita
menjelaskan kepada anak dengan jujur? Atau kita malah mengalihkan perhatian si
anak kemudian pergi begitu saja? Atau bahkan kita mengatakan, “sebentar ya
sayang, papa/mama hanya ke depan, sebentaaaaar saja”. Tapi ternyata kita pulang
malam.
Hati-hati..!!
Anak kita itu pandai sekali. Ia akan belajar dengan sangat cepat. Dia akan
menandai bahwa ayah atau ibunya berbohong. Lama-lama ia tidak akan percaya
terhadap apa yang dikatakan oleh ayah atau ibunya, minimal dia akan selalu
curiga. Hal ini dapat mengakibatkan sang anak tidak mau menuruti apa yang orang
tua katakan.
Apa
yang seharusnya kita lakukan?
Berkatalah
jujur kepada anak. Jelaskan dengan lembut dan penuh pengertian. “Sayang,
Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Kalau Papa/Mama pergi ke
kebun binatang Kamu bisa ikut”.
Tentu
hal ini memerlukan waktu dan kesabaran. Anak-anak memerlukan waktu yang lebih
untuk memahami bahwa orang tuanya harus pergi ke kantor di pagi hari untuk
bekerja dan dia tidak bisa ikut. Dia bisa ikut orang tuanya jika pergi ke kebun
binatang atau tempat rekreasi. Pastikan kita senantiasa jujur dalam setiap
perkataan. Insyaalloh, lambat laun
anak kita akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan.
Kebiasaan
buruk yang ketiga adalah “ayah dan ibu tidak kompak”. Mendidik anak bukanlah
tugas ayah saja atau ibu saja, tapi keduanya. Anak akan sulit menjadi baik jika
ayah dan ibu tidak kompak dalam mendidik anak. Contoh: Ibu meminta anak untuk
mematikan TV dan mengajaknya mengerjakan tugas sekolah karena memang waktunya
belajar. Si anak kemudian menolak dan bahkan menangis. Pada saat yang bersamaan
si ayah membela sang anak dengan dengan mengatakan bahwa tidak apa-apa menonton
TV terus agar tidak stres.
Jika
hal ini terjadi, biasanya sang anak akan menilai ibunya jahat dan ayahnya baik.
Akibatnya setiap kali ibu mengajak anak untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
ia kerjakan, ia menolak dan berlindung di balik pembelaan ayah. Perlahan tapi
pasti, anak akan belajar untuk terus melawan ibunya.
Apa
yang sebaiknya kita lakukan?
Ayah
dan ibu harus kompak dalam mendidik anak. Semestinya ayah dan ibu senantiasa
menjalin komunikasi yang intensif terkait pola asuh yang akan diterapkan kepada
sang buah hati. Di hadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal-hal
yang berhubungan langsung dengan sang anak. Saat salah satu di antara kita
sedang mendidik anak, pasangan harus senantiasa mendukung. Kalau ada pandangan
yang berbeda terkait pola asuh anak, kendaknya dibicarakan secara pribadi
dengan pasangan kita, bukan di depan sang anak.
Contoh
lagi. Ibu ingin mendidik anaknya untuk berlaku baik terhadap kakaknya. Tidak
boleh menang sendiri. Ayah hendaknya tidak merusak pola asuh ini dengan
berkata, “Kakak sih yang buat gara-gara…”. Padahal kenyataannya tidak.
Seharusnya si ayah mendukung ibu dengan mengatakan, “Benar kata mama, Dik.
Kakak kan juga musti kamu hormati dan kamu sayangi. Kalau kamu hormat dan
sayang kepada orang lain, orang lain juga akan hormat dan sayang kepadamu”.
Itulah
beberapa kebiasaan buruk orang tua yang bisa menyebabkan sang anak suka melawan
dan susah diatur. Semoga kita bisa menghindarinya. Dalam hal pendidikan buah
hati, kita memang musti sabar dan tidak tergesa-gesa mengharapkan hasil yang
instan. Semuanya perlu proses. Biarkan anak kita belajar untuk menjadi anak
yang baik. Dan mari kita juga senantiasa belajar untuk menjadi orang tua yang
baik. Satu hal lagi yang sangat penting, hendaknya kita sebagai orang tua
setiap hari berdoa kepada Alloh ta’ala agar menjadikan buah hati kita anak-anak
yang sholih-sholihah, cinta kepada Alloh dan Nabi Muhammad, berbakti kepada
orang tua, sehat badannya, cerdas akalnya, bersih hatinya dan baik akhlaqnya.
Amin. (tj)
yang anda bahas ini adalah teori tidak sepenuhnya benar.alasan tambahan dari saya kenapa anak membangkang adalah;
BalasHapus-tidak ada keadilan/pilih kasih
-orang tua plin plan
-membanding bandingkan
-aturan tidak adil
-prestasi anak tidak sesuai dengan hadiah.
Percayalah,jika pembaca pilih kasih terhadap anak,maka anak akan jadi pembangkang.anak pembangkang umumnya pintar,jadi jangan mengajari mereka pelajaran yang 2 tingkat di bawahnya.anak yang prestasinya bagus tidak dapat hadiah,sementara adiknya yang buruk prestasinya mendapat hadiah,ini akan membuat anak jadi pribadi membangkang.dan terakhir,berhentilah membanding bandingkan anak anda.jika anak pembangkang terbawa hingga dewasa.percayalah jika ia sukses,ia tak akan perduli dengan orang tuanya.itu adalah resiko terburuk yang akan anda tanggung.
terimakasih kepada Anonim atas komentar Anda. saya di sini hanya menyampaikan apa yg tertulis di buku yg merupakan pengalaman Ayah Edy, seorang pakar dan konsultan parenting. di buku tersebut ditulis 37 hal yang menyebabkan anak suka melawan dan susah diatur. sekali lagi berdasarkan pengalaman Ayah Edy dalam menangani "pasiennya". jadi ini bukan buku teroi, tapi buku yg ditulis berdasarkan pengalaman. Saya hanya menulis 3 hal karena kalau saya tulis 37 semuanya, maka.... hehehe. Terimakasih.
BalasHapusSalah kah jika seorang anak pada saat dewasa mulai melawan ayahnya karena sang ayah sering berbicara kasar/membentak kepada istri dan anak2nya?
BalasHapus