Selasa, 01 November 2011

TEMAN SEJATI

Saudara seiman yang dimulyakan oleh Alloh ta’ala
Dalam kehidupan di dunia ini, setiap manusia memiliki teman yang ia pilih untuk menjalani hidup. Tidak ada manusia yang betah hidup sendiri. Dan merupakan fitrah bagi manusia bahwa ia senantiasa memilih sahabat yang ia sukai, baik prilakunya ataupun orangnya.
Kata “teman” dalam bahasa arab disebut “shodiq”, asal katanya “shodaqo” yang berarti jujur, benar. Juga berasal dari kata “kholil” yang berarti menembus. Jadi pertemanan adalah sebuah hubungan yang dilandasi dengan kejujuran yang dapat menimbulkan rasa saling mencintai yang menembus relung hati.
Karena pertemanan itu bisa menembus relung hati, teman itu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Seringkali kita lihat, walau tidak senantiasa benar, bahwa sifat seseorang itu mirip dengan sifat temannya. Kebiasaan seseorang itu hampir serupa dengan kebiasaan teman dekatnya. Bahkan makanan kesukaan, tempat yang disenangi, model baju, hingga hobi yang sering dilakukan, biasanya juga mirip.
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda; “orang itu mengikuti agama temannya. Maka setiap orang dari kamu hendaklah melihat siapa yang menjadi temannya” (HR. Abu Dawud dan at Tirmidzi)
Lalu, siapakah orang yang sebaiknya kita jadikan teman?
Bagaimana seharusnya kita berteman?
Saudara seperjuangan yang saya cintai
Sebagai seorang yang beriman, hendaknya kita memilih teman yang bertaqwa. Teman yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya. Teman yang senantiasa menjaga sholat farldu. Teman yang gemar berinfaq dan bersedekah. Teman yang tidak mutungan. Teman yang mudah memberi maaf. Teman yang istiqomah dalam mempelajari dan mengamalkan al Quran. Teman yang senantiasa beramal sholih dan senantiasa menjauhi ma’shiat.
Jadi apakah kita tidak boleh berteman dengan ahli ma’shiat?
Boleh. Dengan syarat kita harus memastikan diri bahwa kita siap dhohir bathin tidak akan terpengaruh oleh kema’shiatannya. Bahwa kita justru bisa mewarnai kehidupannya. Bahwa kita justru bisa mengajaknya untuk meninggalkan ma’shiat dan mengerjakan kebaikan. Atau minimal kita bisa memberitahu kepadanya bahwa apa yang dia kerjakan adalah jelek, tidak baik menurut Alloh ta’ala. Dan kita bisa memberi contoh amal yang baik.
Pada dasarnya, pertemanan hendaknya dilandasi dengan nilai taqwalloh karena pertemanan yang tidak dilandasi dengan taqwa kepada Alloh ta’ala akan merugikan bagi kita di dunia dan di akhirat. Alloh ta’ala berfirman dalam surat az Zukhruf: 67 "teman-teman akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa"
Imam Ibnu Katsir berkata: seluruh pertemanan yang tidak dilandasi ikhlash karena Alloh ta’ala, di hari kiamat akan menjadi permusuhan. Kecuali pertemanan yang dilandasi niat karena Alloh ta’ala.
Saudara-saudaraku yang dirindukan oleh surga
Agar pertemanan itu bisa meningkatkan kualitas diri baik secara intelektual, emosional dan spiritual, agar pertemanan itu bisa melahirkan taqwa kepada Alloh ta’ala, maka ada beberapa tips yang layak dicoba:
Pertama, melandasi pertemanan dengan ikhlash karena Alloh ta’ala. Hanya karena ingin mendapat ridho dari Alloh ta’ala. Bukan karena jasadnya, bukan karena kekayaannya, buka pula karena pangkat dan jabatannya di dunia.
Kedua, bangunlah semangat untuk saling menasehati akan kebaikan. Amar ma’ruf nahi munkar. Teman yang baik adalah mereka yang mendukungmu jika kamu berbuat benar, dan mengingatkan serta mencegahmu jika kamu berbuat salah.
صديقك من صدقك لا من صدّقك
teman sejatimu adalah orang yang berkata benar kepadamu, bukan orang yang selalu menganggapmu benar”
Ketiga, bangunlah semangat saling membantu. Saling memberi, bukan saling mengeksploitasi. Saling memberi manfaat, bukan saling memanfaatkan. Pertemanan yang indah adalah pertemanan yang melahirkan jiwa pengorbanan, yang mampu melahirkan itsar, yaitu sifat mendahulukan kepentingan saudaranya. Teringat sebuah kisah indah para sahabat Nabi shollallohu alaihi wa sallam;
Dalam sebuah peperangan, seorang sahabat Nabi mendatangi sahabatnya yang sedang sekarat, ia datang membawakan air, ketika air itu mau didekatkan ke mulutnya, sang sahabat berkata, tolong berikan dulu kepada sahabatku itu (sambil menunjuk sahabat yang tidak jauh darinya), ia pun membawa air itu menuju orang yang ke-2, ketika air itu mendekat ke mulut orang yang ke-2 itu, ia berkata, tolong berikan dulu ke sabatku itu, ia lebih membutuhkan, ia pun membawa air itu kepada sahabat yang ke-3. Begitu sampai ke sahabat yang ke-3, justru ia diminta untuk memberikan air itu kepada sahabatyang pertama, ia pun menuju ke sahabat yang pertama, namun ia menemukannya sudah syahid, ia pun menuju yang kedua, dan ternyata ia juga sudah syahid, ia bergegas menuju sahabat yang ketiga, ia pun ternyata juga sudah syahid. Akhirnya, ketiga sahabat yang saling mencintai, yang saling mendahulukan kepentingan saudaranya itu semuanya syahid di jalan Alloh ta’ala. Sebuah kisah yang mengharukan sekaligus membanggakan. Sebuah kisah tentang pertemanan sejati.
Keempat, bangunlan semangat keilmuan dalam pertemanan itu. Pertemanan yang baik adalah pertemanan yang bisa menambah pengetahuan, pengalaman, awareness (kesadaran) sehingga semakin meningkatkan kualitas pribadi. Sehingga semakin mendekatkan diri kepada Alloh ta’ala. Bukan pertemanan yang hanya omong kosong ngalor ngidul gak karuan. Bukan pertemanan yang hanya mengahabiskan waktu, uang dan tenaga belaka tanpa manfaat dan guna, hanya lalai dan lupa yang didapat. Bukan, bukan seperti itu, karena hal itu sangat merugikan bagi diri kita.
Kelima dan terakhir, bangunlah semangat beramal sholih secara kolektif. Pertemanan yang baik adalah pertemanan yang tidak hanya hanya sebatas retorika dan wacana, tapi pertemanan yang mengahasilkan actions nyata secara kolektif, aksi bersama untuk menebar manfaat kepada sesama, aksi bersama untuk merubah masyarakat menjadi lebih baik, aksi bersama untuk membangun peradaban yang lebih berkualitas di muka bumi ini.
Saya tutup uraian saya ini dengan sebuah ayat tentang anjuran Alloh ta’ala agar kita senantiasa bersabar dalam berteman dengan orang-orang sholih. surat al Kahfi: 28. 
"dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru kepada Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya seperti itu adalah melewati batas"


Semoga Alloh ta'ala mempertemankan kita dalam cinta-Nya, mengabadikan pertemanan ini hingga kita bersama-sama menghadap-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar