Senin, 12 September 2011

BELAJAR AKHLAQ DARI SEPASANG BURUNG


"TA'ALLAMU AL-AKHLAQ WALAU MIN AL-HAYAWAN"

tulisan tersebut terlihat cukup mencolok di dinding rumah salah satu Gus (Putra Kyai) di pondok pesantren Darussalam Mekar Agung, Madiun (tempat saya nyantri mulai MTs sampai MA). Artinya kurang lebih adalah "belajarlah akhlaq walau dari hewan". Ya, itu salah satu unen-unen (maqolah) yang ditulis oleh seorang santri yang ahli kaligrafi dengan arahan Gus muda yang baru punya satu putra itu.
......................
suatu sore saya jalan-jalan di salah satu komplek pesantren yang merupakan komplek baru. sekitar tahun 2007-an lalu, komplek tersebut masih berupa ladang yang penuh alang-alang. Sekarang lahan itu menjadi komplek asrama baru yang terlihat alami, sejuk, dan damai. Kamar-kamar santri dibuat dari preng (bambu) yang belrnilai artistik tinggi. Hiasannya pun terbuat dari preng yang berbentuk unik. dibalut dengan plitur tipis, kamar-kamar santri yang sederhana tersebut membuat penghuninya nyaman tingal di dalamnya, baik untuk belajar, wiridan, maupun istirahat.
Di halaman tertanam berbagai macam tumbuhan. Ada buah mangga, pepaya, jeruk, dan pisang. Ada juga tanaman kangkung, cabe, terong, ubi kayu, ubi jalar, dan lain-lain. Santri biasa memanfaatkan tanaman tersebut untuk dibuat sayur sebagai teman nasi. mereka pun tak perlu beli di pasar, cukup memetik di pekarangan. plus hal tersebut menjadikan komplek tersebut terasa sejuk dan asri.
Selain itu, di komplek tersebut juga terdapat berbagai hewan peliharaan. ada kera, burung merpati, burung derkuku, burung perkutut, kura-kura, dan domba. Hal tersebut membuat suasana semakin nyaman dan damai.
Pas saya sedang menikmati kesejukan di komplek tersebut, mata saya tertarik untuk mengamati sepasang burung merpati dan derkuku. ya, seekor merpati dikawin silangkan dengan derkuku. Ketika saya mengamati mereka, sang jantan sedang mengerami telur, hasil perkawinan mereka. sementara sang betina sedang makan. di waktu yang lain, sang betina yang bertugas mengerami telur. sang jantan makan dan berdendang. ya, mereka berdua gantian mengerami telur hasil perkawinan mereka.
Di hari yang lain, saya kembali mengamati sepasang burung tersebut. Pada waktu itu terlihat bahwa sang jantan mematuki kutu di tubuh sang betina. setelah selesai, gantian sang betina mematuki kutu di tubuh sang jantan. Ya, mereka terlihat sangat kompak, akur, dan saling membantu. Tak pernah terlihat cekcok mulut (emang lho bisa tahu, hehe), apalagi berkelahi. Hari-hari mereka lalui dengan penuh kemesraan. Penuh sakinah, mawaddah, wa rohmah. Walau berasal dari spesies yang berbeda, sepasang burung tersebut bisa hidup bersama dalam ketentraman dan kenyamanan.
Saya pun tertegun sesaat. krentek saya. Selayaknya manusia belajar dari sepasang burung tersebut. Belajar akur dan saling membantu. Belajar memabangun keluarga yang sakinah (tentram), mawaddah (penuh cinta), dan rohmah (penuh kasih sayang). Saya pun teringat unen-unen yang terpampang di dinding rumah Gus itu "Ta'allamu al-akhlaq walau min al-hayawan"

Okt-2011
-tije-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar