Kamis, 04 Agustus 2011
PAK KARMIJAN
senin sore tanggal 1 Romadhon kemaren saya mengajak anak-anak TPA Nurul Hidayah untuk menjenguk pak Karmijan. sekitar sebulan terakhir beliau sakit parah. diabetes yang akut menyebabkan penglihatan beliau kabur. belum lagi bermacam komplikasi yang menyebabkan beliau lunglai lemah. tercatat sudah dua kali beliau jatuh dari tempat tidurnya. ketika kami menjenguk beliau, ya Alloh, beliau terlihat sudah sangat lemah. beliau hanya bisa berbaring di atas dipan. sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi. sulit sekali untuk berucap. beliau hanya bisa sedikit merespon dengan sentuhan dan bisikan yang agak keras.
sebelum saya dan anak-anak TPA menjenguk beliau, saya sampaikan dulu kepada mereka bahwa tetangga kita sedang sakit. sudah selayaknya kita menjenguknya. kemudian saya tanya kepada mereka, "kalau njenguk, enaknya bawa apa ya?". beberapa ada yang menjawab,"buah mas!", yang lain berujar,"roti!". setelah mempertmbangkan beberapa hal, karena waktu itu sudah sore, sekitar jam setengah lima sore, kami pun memutuskan untuk "urunan duit", semoga bisa sedikit meringankan beban pak Karmijan dan keluarga.
satu hal yang saya sangat gembira, anak-anak TPA begitu antusias ketika diajak urunan, walau pada awalnya masih malu-malu, nunggu temannya "urun" duluan. bahkan ada yang minta izin pulang untuk mengambil uang di rumah. ada yang "urun" 5 ribu, 10 ribu, 2 ribu, seribu, ada juga 500. saya sampaikan bahwa berapapun jumlahnya, bahkan seratus rupiah pun, akan sangat berharga bagi pak Karmijan dan keluarga. yang cukup mengharukan saya, ada seorang anak usia SD yang rela menyumbang 5 ribu rupiah, ia mengatakan, "ini hasil saya jualan koran tadi pagi mas". hmmmmm.... setelah terkumpul sekitar 100rb-an, kita bersama-sama menuju rumah pak Karmijan.
saya pun hanya bisa mengelus dada melihat kondisi beliau yang semakin parah. beliau terbaring lemah. tidak ada yang bisa beliau lakukan kecuali bernafas, dan sesekali berucap. Bu Karmijan pun menjelaskan kondisi beliau yang memang sudah semakin parah. Bu Karmijan menyampaikan bahwa yang beliau hanya bisa minum air, energen, kadang bubur. Bu Karmijanlah yang setiap hari, setiap saat, menemani pak Karmijan. Bu Karmijanlah yang senantiasa menyuapi beliau, menemani beliau, dan membisikkan kalimat "alloh...alloh...alloh..." di telinga beliau. potret kesetiaan, kesabaran, kegigihan seorang istri dalam melayani suaminya. Bu Karmijan menjalaninya tanpa mengeluh sedikit pun.
saya pun mengajak anak-anak TPA untuk mendoakan beliau. semoga Alloh ta'ala memberikan jalan yang terbaik. dan bila Alloh ta'ala berkenan memanggil beliau semoga Alloh ta'ala menganugerahinya husnul khotimah. dan keluarga, khususnya, Bu Karmijan senantiasa sabar dalam merawat suaminya. semoga dibalas oleh alloh ta'ala dengan pahala yang uncountable.
saya dan anak-anak TPA pun undur diri.
.....................................
tadi malam sekitar jam 21.45, setelah saya dan kawan-kawan tadarrus di musholla, pak Supri yang rumahnya di depan Pesma memanggil saya. "ndang mronoo je..., moco yasiin". saya dan kawan-kawan pun segera menuju rumah pak Karmijan. ya alloh, rupanya keadaan beliau bertambah parah. kami pun membacakan surat yasin dengan suara lirih, sayup-sayup, dengan harapan beliau bisa tenang. setelah membaca beberapa kali. pak qosim dan mas muhim, senior sekaligus guru kami, menuntun pak Karmijan untuk membaca, "alloh...alloh...alloh".
pak Karmijan pun terlihat berusaha untuk mengucapkan lafadz tersebut, kelihatan betapa berat beliau mencoba. beliau sudah sangat lemah. setelah cukup larut, kami pun undur diri. tak lupa kami berpesan kepada keluarga agar senantiasa menemani beliau sambil menuntun beliau untuk mengucapkan kalimah thoyyibah, walau beliau berat untuk mengucapkan, tetap tuntun aja dengan halus dan sabar, semoga beliau husnul khotimah...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar