Beberapa waktu yang lalu saya bersilaturrahim ke warga jama’ah musholla di Kalisari. Pada hari Sabtu malam Ahad tersebut, bapak-bapak dan ibu-ibu menyelenggarakan pengajian dan pembinaan yang disponsori oleh salah satu LAZIS terbesar di Jawa Timur. Pematerinya adalah pak Bagoes Sanyoto yang merupakan Psikolog Anak dari Fakultas Psikologi Unair. Saya pernah bertemu dengan beliau sekali ketika beliau mengisi pelatihan untuk guru TPA di Masjid Nuruzzaman Unair. Pada malam itu Pak Bagoes berbagi tips dan trik dalam mendidik anak.
Anak yang sholeh merupakan dambaan bagi orang tua. Anak yang sholeh adalah anak yang mencintai Alloh dan Rosululloh serta berbakti kepada bapak dan -terutama- ibunya. Anak sholeh seperti ini merupakan amal jariyah bagi bapak-ibunya. Amal kebaikan yang dilakukan oleh anak yang sholeh otomatis akan mengangkat derajat bapak-ibunya di dunia dan akhirat. Contoh sederhana; kalau ada anak yang berakhlaq baik, suka menolong, bertutur kata dan berlaku sopan, senang membantu bapak-ibunya, biasanya masyarakat akan bertanya-tanya, “anak baik itu putranya siapa ya..??”
Selain itu kita tahu bahwa doa anak yang sholeh adalah mustajab. Doa yang dipanjatkan oleh anak yang sholeh di setiap ba’da sholat akan bermanfaat bagi bapak-ibunya. Doa anak yang sholeh merupakan pelebur dosa bagi bapak-ibunya sekaligus sebagai “pendongkrak” derajat bapak-ibunya di akhirat. Beruntunglah bapak-ibu yang memiliki anak yang sholeh. Beruntung di dunia dan di akhirat.
Pak Bagoes menyatakan bahwa langkah pertama untuk mendidik anak menjadi sholeh adalah dengan senantiasa memberikan contoh perilaku yang baik di rumah. Ada dikatakan, “seorang anak mungkin gagal dalam memahami apa yang orang tua katakan, tapi seorang anak tidak pernah gagal dalam meniru prilaku”. Benar. Anak adalah peniru yang ulung. Sejak usia sangat dini, bayi, seorang anak meniru apapun yang dia lihat dan dia dengar. Kalau seorang ibu atau bapak memperlihatkan diri mereka “berjalan”, sang anak pun akan mencoba meniru agar bisa berjalan. Kalau ibu-bapak sering memukul anaknya, si anakpun akan suka memukul orang lain. Kalau ibu-bapak berkata halus dan sopan kepada anak, si anak pun akan berkata halus dan sopan. Namun jika orang tuanya mengajari berkata kotor, misuh, maka bisa dipastikan, sang anak pun mahir berkata kotor (misuh). Anak adalah peniru yang hebat. Bahkan anak lebih suka meniru daripada mendengarkan omongan. Mari kita menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Toh kalau kelak mereka menjadi anak yang baik, yang sholeh, ibu-bapaknya lah yang paling beruntung mendapatkan baktinya. Begitu juga sebaliknya.
Tips selanjutnya adalah bangun ke”dekat”an dengan anak. Kesibukan dalam bekerja dan mengurus keperluan rumah tangga bukanlah penghalang bagi ibu-bapak untuk memiliki kedekatan dengan buah hatinya. Ajak anak Anda ngobrol. Ketika anak pulang sekolah, eluslah kepalanya dengan lembut sambil bertanya, “anak mama yang manis, tadi di sekolah diajari bu guru apa?”. Lihatlah, anak Anda akan merasa senang. Buat anak Anda merasa aman dan nyaman di rumah. Ibu-bapak dianjurkan dengan sangat agar sering-sering memeluk dan mengelus anak-anaknya.
Pak Bagoes menyampaikan bahwa kebiasaan menepuk pundak anak dengan lembut bisa menjadikan sang anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, tidak mudah menyerah. Mengelus-elus kepala dengan lembut membuat anak memiliki hati yang lembut, tidak gampang marah. Anak-anak yang sering dielus-elus pundak kirinya akan tumbuh menjadi orang yang percaya diri.
Hindari berlaku keras dan kasar kepada anak..!! Suatu ketika ada seorang sahabat yang dikencingi oleh anaknya. Sahabat tersebut hendak memarahi sang anak. Rosululloh saw yang melihat hal tersebut langsung menegur sahabat tadi. “bajumu bisa dicuci dengan air dan air kencing anakmu itu akan hilang. Namun kata kasar yang kamu ucapkan kepada anakmu, akan dia ingat sampai dewasa”.
Bersikap keras dan kasar tidak akan menyelesaikan masalah. Yang akan terjadi justru sang anak akan menjadi keras dan kasar juga. Jadi jangan salahkan anak jika ketika ibu bapaknya sudah tua renta, sang anak justru malah bersikap keras dan kasar kepada ibu-bapaknya. Itu kemungkinan besar terjadi karena dia dulu sering dikasari dan dikerasi, sehingga ia meniru “keras dan kasar”. Si anak pun tumbuh dewasa menjadi orang yang keras dan kasar. Memang boleh menghukum anak jika si anak melakukan kesalahan, tetapi dengan hukuman yang baik dan mendidik. Hukuman yang membuat anak sadar bahwa dia salah dan dia mau memperbaiki kesalahannya.
Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah. Anak yang mencintai Alloh ta’ala dan Rosululloh, serta berbakti kepada ibu-bapak mereka. (tj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar